Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Dee Lestari, Karya Fiksi, dan Talenta Hati

26 November 2022   08:51 Diperbarui: 26 November 2022   09:13 303 19
Harus bagaimana lagi mengutarakannya? Bila Dee Lestari memberi kesempatan lima menit waktu menulis apa saja, tetap saja dalam lima menit itu menjadi 1 puisi baru karya saya.

Senin tanggal 21 November 2022 adalah hari yang saya nantikan. Kesempatan bertemu dengan seorang penulis ternama dan belajar darinya. Iya, Dee Lestari, atau dulu dikenal sebagai Dewi Lestari dalam sebuah group musik RSD atau Rida Sita Dewi.

Perahu Kertas, adalah salah satu karya fiksi yang telah ditulis oleh Kak Dee ketika beliau menjadi seorang penulis. Jujur waktu itu saya ingat benar karena melihat sahabat dekat saya mendapat hadiah tersebut. Bukan saya yang dapat, tapi sahabat saya. Eh...

Baiklah itu sekelumit kenangan saya dengan karya Kak Dee Lestari. Unforgotable memories. Begitu juga kalau saya jalan-jalan ke toko buku Gramedia, beberapa kali saya mendapati nobel karyanya terpampang di sana.

Kembali ya ke webinar yang diadakan oleh Group Penulis Mettasik. Pak Rudy terlihat sangat antusias dalam membawakan acara ini sebagai moderator. Saya sempat deg-degan di awal webinar karena tidak mendengar suara dari moderator.

Wah alamat saya ga bisa maksimal nih ikut webinar, hati saya sudah kacau kayak anak pemilik 5 balon yang meletus 1 balon hijaunya. Lah kok malah menyanyi Balonku Ada Lima ya? Hehe.

Berikutnya saya bersyukur karena bisa memperbaiki perangkat saya dan mengikuti webinar dengan baik. Saya mendengarkan penjelasan demi penjelasan dari Kak Dee Lestari. Apa perlu saya tulis di sini?

Saya rasa sudah sangat banyak tulisan lengkap dari teman-teman Kompasianer ya, salah satunya tulisan bapak moderator acara alias Pak Rudy. Jadi saya tuliskan saja ya kesan-kesan saya mengikuti webinar ini.

Saya terpikat oleh penyampaian materi yang dibawakan Kak Dee. Alurnya mengalir lembut dan "straight to my heart" atau langsung tepat sasaran. Menulis itu harus bisa memikat pembaca dengan terutama paragraf pertama.

Saya ingat bahwa tulisan saya memang sebagian besar bergenre fiksi puisi romantis. Saya hampir selalu meluapkan emosi saya dalam tulisan puisi. Memang benar karya yang memikat pembaca biasamya bila ada unsur emosi yang masuk di dalam karya. Tapi tentu saja bukan emosional kan?

Puisi-puisi saya banyak menuangkan isi hati yang emosional. Mungkin begitu. Saya belajar bagaimana mengelola ide agar bisa dirangkai menjadi diksi puisi yang lebih tepat. Jujur kalau selama ini semua ide yang saya tangkap seketika akan menjadi ide puisi.

Inilah alasan mengapa tulisan-tulisan puisi saya di Kompasiana tidak terbilang banyaknya. Ribuan pastinya ya. Semua jumlah tulisan per hari ini ada 2.375 dalam jangka waktu 3 tahun 11 bulan. Tepatnya 4 tahun waktu saya bergabung menulis di Kompasiana dalam beberapa hari lagi.

Dari webinar bersama Dee Lestari ini saya diingatkan bahwa tak semua ide harus dijadikan karya. Terbilang saya adlaah orang yang tidak pernah kehabisa ide berpuisi. Semua ide yang masuk dalam hati akan keluar dalam karya fiksi puisi.

Kak Dee mengingatkan saya secara langsung dengan menjawab pertanyaan saya di webinar, bahwa memang perlu menangkap ide sebanyak-banyaknya. Namun tidak semua ide harus dijadikan tulisan hingga tamat. Ide-ide pun perlu dipilah.

Membuat catatan list tentang ide juga penting dengan demikian ide-ide itu tidak menghilang atau terlupakan. Catatan bisa dalam bentuk tulisan di buku  atau kertas bahkan di HP.

Kemudian saran Kak Dee yang saya garis bawahi adalah perlu membuat proyek pribadi dalam menulis. Ini sebenarnya sebuah cara lain menyalurkan ide yang kita tangkap dan menjadikan tulisan yang lebih baik. Begitulah kira-kira yang saya tangkap.

Terima kasih banyak Dee Lestari dan Group Penulis Mettasik atas acara yang keren ini. Sebagai penulis karya fiksi, rasanya tak bisa saya menolak keinginan untuk terus berpuisi, mungkin ini talenta saya, berpuisi. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun