Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sepenggal Kisah Persahabatan Kami

18 Juni 2022   19:48 Diperbarui: 6 Agustus 2023   22:35 517 23
"Kau menangis?"

"Iya tadi, suaraku jadi kedengaran jelek," aku menjawab jujur pertanyaannya.

Dia hanya tersenyum, "Coba ya aku tadi ada di sana."

"Memang kenapa? Mau menghiburku?," tanyaku penasaran dengan responnya.

"Emm, tidak. Aku hanya ingin mendengar suaramu yang jelek saat menangis itu seperti apa ya?"

Kesal, aku melotot ke arahnya, "Ih, nyebelin, kirain!" Aku memberengut kesal dan dia lalu tertawa renyah.

"Selama ini aku hanya mendengar suara bahagia, ceria, dan tawamu. Sekalipun tak pernah terdengar menangis atau mengeluh. Kan aku penasaran. Emang kamu bisa menangis, gitu?"

"Apaan, bikin kesel. Mau bikin nangis juga?" Aku berniat berdiri meninggalkan tempat dudukku di sampingnya.

"Iya, maaf, aku hanya bercanda. Jangan marah dong. Nanti cantiknya hilang. Senyum." lanjutnya seraya menahan tanganku agar tetap duduk.

Aku kembali berkisah, " Iya, temanku pindah kerja. Makanya aku sedih dan menangis. Memang hanya pisah kota dan provinsi aja. Tapi terasa tambah jauh jadinya sedih."

Dia mengangguk-angguk. Lalu bicara lagi padaku dengan singkat, "Nanti juga akan datang kawan baru, jangan sedih lagi ya."

Aku menhela nafas. Memangnya mudah melepas sahabat pergi jauh dari sisi kita, gitu? Teman berbagi dalam suka dan duka di kantor selama lebih dari 5 tahun kebersamaan. Itu bukan waktu singkat kan.

Tapi bagaimanapun, katanya benar. Nanti akan ada kawan baru. Bukankah dulu aku juga pernah menjadi kawan baru untuk teman-teman di kantor saat awal bekerja. Sekarang sudah merasa dekat dengan mereka setelah lebih dari 5 tahun bekerja bersama mereka.

Aku rasa yang dikatakannya benar. Nanti juga dapat kawan baru lagi. Tidak boleh lama-lama sedihnya. Kawan lama juga harus dikenang dan jaga relasi, namun kawan baru nantinya juga harus disambut dengan rendah hati.

"Iya, kau benar lagi. Emm, traktir aku ya."

"Bukannya baru saja selesai acara perpisahan dan makan-makan, kenapa sudah minta tratir lagi. Memangnya kesedihan bikin lapar ya?"

Aku tersenyum sambil menunjuk penjual es krim di pinggir jalan yang baru saja lewat depan rumah kami. "Itu, es krim. Traktir aku ya, katanya bestie."

Dia hanya tertawa mendengarku minta dibelikan es krim. Dia tahu kalau sohibnya ini sedang sedih biasanya makan es krim rasa coklat, katanya akan berkurang sedihnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun