Ingin di ajaknya luka berkeliling melihat aspal  dipenuhi darah, waduk berisikan amarah, balapan burung yang tak berguna, puluhan ikan-ikan yang dipenjara lalu kemudian menyusuri pantai, duduk di ujung bebatuan tepat selangkah depan matahari yang hendak terbenam.
Membuka bicara kepada luka tentang nurani, tentang jiwa dan kepuasaan apa yang di temukannya, tentu dengan gesekan gigi dan air mata.
Lalu mengantarnya pulang, di jalur penuh tanjakan dan berlubang yang dipilihnya.