Kisah ini,ada di kota kecilku.Jelang sebuah perayaan besar milik kota kecilku.5 orang dengan badge nama yang tertulis nama sebuah serikat buruh mendatangi pihak panitia yang mengadakan perayaan. Mimik mereka serius berbicara dgn ketua panitia.Beberapa menit kemudian,mulai tampak wajah ketidakpuasan kedua belah pihak. Lalu ke-5 orang tersebut meninggalkan ketua panitia.
Saya yang melihat pembicaraan tersebut menghampiri si ketua panitia dan bertanya percakapan yang barusan terjadi.Si ketua panitia bercerita,ke-5 orang tersebut bermaksud meminta sejumlah dana untuk "jasa" mereka yang mengaku sudah membantu panitia mengangkat barang-barang untuk kebutuhan perayaan milik kota kecilku.Ketua panitia membantah,beliau tidak pernah melihat ke-5 orang tersebut membantu atau diminta pertolongan.Mereka,kata si ketua panitia,hanya memanfaatkan momen demi mengeruk keuntungan semata.Membawa-bawa nama serikat buruh kota ini.
Ilustrasi kecil tadi,beberapa kali juga saya alami.Mengatasnamakan serikat buruh untuk menuai sejumlah uang.Miris sekali.Di tengah perjuangan buruh yang memperjuangkan hak-haknya,masih juga ada pengurus atau juga mungkin bukan pengurus serikat buruh yang bermental seperti preman.Meminta uang tanpa bekerja dianggap kerja keras.Maka mungkin dan wajar saja para pengusaha masih enggan mendengar suara buruh.Dibalik suara para buruh yang lantang,tegas di 1 Mei,ada sebagaian pihak yg menggunakan nama buruh,menjadi pemalak bangsanya sendiri
Bapak,Ibu,Saudara-saudaraku,Para Buruh,orang-orang yang mengatasnamakan kalian,yg berlaku preman,pantaskah berbuat demikian? Perjuangan kalian yang luhur sedikit ternoda dgn perlakuan mereka.Jika Noda ini dibiarkan,lama kelamaan akan menjadi kotoran. Tidak ada larangan bagi buruh untuk memperjuangkan haknya,tapi sangat tidak etis meminta "upeti".Kita bukan dilahirkan menjadi bangsa preman.Kita lahir di negeri ini untuk bersatu dalam keluhuran budi. Saling menguatkan bukan menjatuhkan apalagi memalak seperti preman...
Selamat Hari Buruh! Buruh bukan Preman...