Beberapa biro wisata menawarkan paket pendakian lengkap, dimulai dari penjemputan di bandara, akomodasi selama pendakian ke puncak hingga pengantaran kembali ke bandara. Jalur pendakian yang umum adalah dari desa Senaru dan Sembalun Lawang. Untuk mencapai kedua desa tersebut, pendaki lebih baik menyewa mobil, karena tidak ada angkutan dari Mataram yang langsung melewati kedua desa tersebut. Dari Mataram sampai Sembalun dengan waktu tempuh 5-6 jam, harga sewa mobil sekitar Rp 350 ribuan bersih.
Pos masuk Senaru berada di ketinggian 600 mdpl, sedang pos masuk Sembalun Lawang 1155 mdpl. Hal ini membuat Jalur Senaru lebih panjang dibanding Sembalun, tetapi pemandangannya lebih bagus dan tidak membosankan karena banyak melewati hutan. Kedua jalur ini bertemu di sekitar Plawangan Sembalun. Saat itu anak Rinjani sedang aktif, tetapi belum masuk fase bahaya sehingga pendakian masih diijinkan. Tentunya hal ini akan menjadi bonus pemandangan yang langka dan tak terlupakan.
Tidak seperti umumnya pendakian yang berkemah dalam perjalanan, kali ini penulis bersama beberapa teman mencoba untuk mencapai puncak dalam sehari perjalanan bolak balik lewat jalur Sembalun. Ransel cukup diisi air minum 3 liter, 2 bungkus nasi, 2 buah roti, kismis, jas hujan dan kaus ganti. Berikut ini kisah pendakian yang dilakukan pada bulan Mei 2010.
Subuh itu cuaca cerah sekali. Waktu menunjukkan pukul 04.12 saat pendakian dimulai dari pos perijinan yang terletak persis di tepi jalan raya. Suasana begitu senyap, angin dingin berhembus sepoi-sepoi, bintang bertaburan menghiasi langit yang masih gelap pekat. Beberapa penginapan terdapat di sepanjang jalan ini. Semakin jauh jalan semakin rusak, dengan lahan sayuran penduduk di kedua sisinya. Sorot lampu senter di kepala sangat membantu dalam menghindari lubang di jalanan yang gelap gulita. Selepas ladang, jalanan kemudian menyempit menjadi jalan setapak dengan semak-semak di kedua sisinya.