16 Februari 2008. Lama aku tunggu kesempatan ini. Kesibukan sebagai bapak dengan tiga orang anak juga tidak adanya teman yang mau menemani menjadi halanganku untuk kembali menjadi ‘anak rimba’. Aku berfikir si sulung saat itu sudah 13 tahun, sudah cukup kuat bertahan, meski awalnya mendapat tentangan dari yang melahirkan. Aku hanya ingin mendidik dia menjadi seorang laki-laki sejati. Dulu Merbabu adalah home sweet home, aku sering mendakiberdua dengan ‘bekas pacarku’ yang sekarang menjadi ibu anak-anakku untuk sekedar melihat edelweiss mekar.