2 juni 2013
Lagi asyik makan tau-tau didepan teras sudah banyak suara anak kecil. Ternyata mereka sudah datang padahal ini baru jam 3 lewat. Tidak pikir panjang saya langsung berhenti makan, lanjut mandi dan shalat ashar. Sepertinya mereka semangat sekali belajar bahasa inggris. Datang jauh sebelum waktunya. Hihi.
Oya semalam ibu bilang ada orang tua murid yang anaknya suka sama cara mengajar saya. Anaknya bilang belajarnya seru. Lega rasanya ada yang merespon positif padahal sebelumnya saya merasa gagal saat hari pertama itu.
Saya sudah siap. Anak-anak sudah masuk kedalam kelas. Lebih tepatnya ruang tamu yang tidak terlalu besar namun cukup nyaman karena berada di atas. Angin sore menerpa wajah kami dan Silaunya matahari senja turut menemani.
Hari ini ada dua anak baru bergabung. Wahyu dan Puji. Mereka berdua kelas 3 SD. Berarti sekarang saya punya 13 orang murid. Namun sayang hari ini 4 anak tidak dapat masuk. Maklum karena ini hari minggu mungkin banyak yang punya acara keluarga. Mungkin saya harus menjadwal ulang pertemuan di hari minggu ke hari yang lain.
Saat mengabsen benar saja Havid tidak masuk (baca tulisan Diary Guru Les Muda). Tapi bukan karena trauma melainkan ada arisan keluarga. Fiuhh syukurlah.
Oya hari ini kelas kami punya kesepakatan baru. Akan ada istirahat 5 menit setelah setengah jam pelajaran dimulai. Mereka senang, tertawa dan jingkrak-jingkrak kegirangan. Mereka bilang mau jajan di warung sebelah saat istirahat nanti. Tapi saya selalu mengingatkan waktunya Cuma 5 menit. Saya ingin mereka belajar untuk menghargai waktu meskipun mungin mereka tidak menyadarinya.
Hari ini materinya adalah bagaimana cara menyapa teman. Mereka menguasai dengan baik meski dalam pengucapan kata masih kurang. Tapi saya terus berusaha membimbing.
Vani, hari ini jadi perhatian saya. Dia menjadi satu-satunya anak TK karena Havid tidak masuk. Saat saya menawarkan Vani untuk berdialog di depan kelas dia bilang “aku gak mau”. Sejenak saya meyakinkan dia untuk mau maju karena saya akan membimbingnya tapi dia tetap tidak mau. Baiklah saya ngalah, tidak mau memaksa. Vani mau bergabung dan belajar itu pun sudah baik. Pembelaan diri saya dalam hati.
Saat latihan soal menyusun kalimat yang benar, rata-rata mendapat nilai A kecuali, Vani. Dari tiga soal yang saya berikan tidak ada satupun yang benar. Tapi saya tidak mau mengecilkan hatinya. Saya memberinya nilai B. Lagi-lagi karena saya berpikir Vani mau berusaha saja itu sudah baik. Anak-anak yang lain sempat protes kenapa Vani dapat B dan bukan C? Saya bilang gak papa, Vani kan masih TK dan baru belajar. Mungkin keputusan saya kurang adil dimata mereka. Sekali lagi saya belajar hal baru disini.Ternyata menjadi guru itu sulit. Bagaimana menerapkan keadilan dan tidak pilih kasih terhadap murid. Harus bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan.
Tak terasa Sudah pukul 16.30 dan waktunya selesai belajar. Tidak lupa kami membaca doa dan bahkan Kening mereka sudah berebut nempel di punggung tangan saya seperti tidak sabar ingin cepat pulang dan bermain. Kemudian mereka berlarian menuju tangga. Saya selalu mengikuti mereka dari belakang dan mengingatkan untuk hati-hati saat menuruni tangga. Tapi sepertinya mereka tidak perduli dan tetap asyik dengan perasaan masing-masing. Hahhh…. Melihat mereka yang selalu riang kadang membuat saya ingin jadi anak kecil lagi. Bersambung…