Sekelebat burung malam menyapa lalu entah pergi dan hinggap kemana lalu bernyanyi serak di ujung hutan seakan mengajakku ke sana.
Kulangkahkan kaki yang telah lelah menyusuri riuhnya Surabaya yang penuh pesona keompongan tanpa makna selain dusta. Kini kuberjalan di tepi lembah yang penuh jejak langkah para pembawa sesembahan bagi Sang Maha Kuasa.
Di bawah cemara gunung kuhanya bisa berlutut dalam heningnya malam namun hati menggelora tanpa kata selain sebuah doa tanpa suara.
Relung hati pun bergema kala Sang Dewata bersabda di sinilah semua akan bermakna.