Kau pun berbisik lembut, datanglah malam ini dan biar hujan semakin lebat yang akan menghangatkan kita dalam pelukan badai gemuruh di dada kita berdua.
Kutelusuri lorong malam dengan berjinjit berharap kau sudah terbaring di galar rotan tanpa selimut malam
Dengan senyum pula kausibak tirai putih setelah kuketuk pintu dan tanpa derit pula pintu kau buka.
Lirih suaramu yang lembut kali ini lebih jelas dari titik-titik rinai gerimis dan menggema di liang telingaku
Bukankah masih gerimis dan hujan belum turun, kenapa kau sudah datang?
Aku cuma tersenyum melihat dirimu tersenyum sambil menutup pintu
Sekejap kulihat pintu kamar masih terbuka. Sekejap pula kulihat sesosok manusia sudah di sana.
Terlentang bersimbah darah yang semerah bibirmu...