Tak perlu kubercerita berapa ribu langkah kujelajah Malioboro dan berapa ratus cangkir kusruput kopi di sudut-sudut remang warung di pojok toko atau di pinggir pagar benteng. Derap langkah kuda dan bel bendi atau rayuan pedagang kaki lima yang berharap rejeki berbaur jadi irama sumbang kehidupan jelata yang tiada lelah menanti setetes embun di tenggorokan yang mulai mengering.
KEMBALI KE ARTIKEL