di sini pernah lama ku menunggumu
di antara sepinya hutan dan kebun
hatiku yang beku walau tak bisa mengelu pilu
betapa bodohnya saat kualunkan kidung agung
tarulah aku seperti meterai di hatimu
ingin kebun ini menjadi taman bunga bagi kita bersama
tapi aku hanyalah seorang pria pelanglang buana
bukan untuk menggapai cinta
selain ingin berdiri di puncak dunia
dalam sepinya germerlap cahaya mentari pagi
tanpa kata kau menyusuri danau ini
hanya titik-titik airmata yang mengatakan kau bukanlah bidadariku
kukenakan jaket lusuh itu menghangatkan tubuhmu
tanpa senyum kau dekap diriku kala menuruni lembah Gunung Semeru
hatiku tetap beku walau kehangatan dekapanmu serasa menggelorakan diri ini
sesaat dalam kepedihan seakan membunuh jiwaku dalam kerinduan
hanyalah senyuman gadis belia di pinggir belantara yang menydarkan untuk melupakanmu
sewindu telah berlalu
entahlah mimpi apa yang membuatmu datang kembali ke dunia ini
kau tatap taman bunga ini dengan senyuman yang tak mau kumengerti
dan ku tak peduli lagi akan kasihku padamu dulu
kau bukanlah bidadariku
dan bunga ini bukanlah cintamu
biarlah mimpi yang tak pernah menjadi kenyataan sebuah impian saja
pergilah
karena meteraiku tak pernah kau taruh di hatimu