Ya, pada 1968 pertama kali saya menjadi pengamen jaran kepang di depan Balaikota Surabaya, Taman Apsari, Gedung Pemuda, RRI Surabaya, dan Embong Macan. Ini kulakukan sepulang sekolah di Jalan Ketabang Kali hingga menjelang berakhirnya PON VII 1969 di Surabaya . Waktu itu memang hanya sekedar ikut-ikutan kelompok jaran kepang dari Jagir Wonokromo atas dasar kasihan melihat seorang anak mengedarkan batok atau tempurung kelapa untuk mengharapkan belas kasihan setelah menari jaran kepang. Tak banyak yang mereka peroleh saat itu, hanya sekitar lima ringgit atau 12,5 rupiah setelah menari selama kurang lebih 2 jam. Betapa pahitnya hidup mereka saat itu….. Hingga kadang-kadang aku dan adik secara sembunyi-sembunyi mengambil beberapa iris tempe jatah makan lalu kami berikan kepada mereka tanpa sepengetahuan orangtua yang mulai bangkrut karena peristiwa 1965.