Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Nasi Bungkus dan Pasukan Nasi Bungkus

26 November 2014   22:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:46 260 0

Nasi bungkus, istilah ini sebenarnya sudah ngetop sejak dulu. Sejak penulis masih kecil, kalau mau kerja di sawah selalu diberi bekal nasi bungkus. Demikian juga kalau mau pulang kampung ke Kebumen dengan naik kereta api hitam, bekalnya selalu nasi bungkus. Kalau ada rejeki, biasanya nasinya ya nasi dari beras, tapi kalau tak ada rejeki ya cuma nasi jagung atau kadang-kadang nasi empog. Sayurnya sih bergantian, kadang urap-urap, oseng kangkung atau sawi, bahkan yang sering cuma sayur genjer dan sambel oyek atau sambel tomat. Lauk yang paling sering ikan asin dan teri atau tempe dan tahu goreng. Kalau pas gak ada lauk ya kadang makan dengan lauk gongsongan kol atau keong emas yang mudah dicari di sawah menjelang musim panen. Bila mau sedikit enak, ya harus mau cari atau mancing belut, wader, lele, atau kotes. Itu masih mending atau lumayanlah, pada akhir 60an malah pernah makan nasi bulgur yang cuma bisa dimakan dengan campur parutan kelapa, bahasa Jawa-nya: dikrawu! Hla bulgur itu sebenarnya bukan untuk konsumsi manusia tetapi ‘pakan kuda’ Salah dalam memasak bisa membuat perut kembung dan sebah! Karena saat itu negeri kita yang gemah ripah loh jinawi sedang diserang paceklik hebat, maka dibantulah bangsa kita dengan bulgur oleh Amerika.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun