Sore itu di depan rumahnya tampak onggokan alat jebak rajungan yang terbuat dari jaring dan besi. Alat alat jebak itu baru diperbaiki hari itu setelah lama tak terpakai karena musim ombak. Satu persatu alat jebak kepiting itu ia teliti dan perbaiki jika ada yang rusak. Beberapa diantaranya jaringnya ada yang sobek , iapun kemudian memperbaikinya.
“ Rata-rata setiap nelayan minimal harus mempunyai 200 alat ini kalau yang baru harganya Rp 15 ribu – Rp 20 ribu. Kalau bisa merawat alat ini bisa dipakai 2-3 tahun . Kalau tidak dirawat paling 1 tahun sudah minta ganti “, papar Muhlisin.
Alat jebak kepiting ini agar bisa dipakai berkali-kali harus di rawat. Jika musim hujan tiba alat ini harus di beri oli bekas sebelum disimpan. Penyimpanan juga ditempat yang kering. Yang terpenting harus jauh dari tikus dan binatang mengerat lainnya.
Menurut Muhlisin biaya operasional nelayan dengan alat jebak ini cukup ekonomis. Sehari melaut solar yang dibutuhkan paling banyak 3 liter. Biaya untuk miyang sehari tidak lebih Rp 50 ribu. Dalam kondisi sesulit apapun nelayan dengan alat jebak ini bisa terus melaut.
Dari penghasilannya meskipun tidak sebesar dengan alat arad atau trawl. Namun nelayan alat jebak kepiting ini cukup lumayan. Meskipun sehari hanya mendapatkan 1-2 kg rajungan tetapi hasilnya masih bisa untuk meghidupi keluarganya. Apalagi jika harga rajungan bagus hasilnya lebih banyak lagi.