Saat ini jajanan atau makanan kecil bagi anak-anak cukup beragam , dari yang buatan pabrik , setengah pabrik sampai dengan hasil rekayasa sendiri oleh si penjual itu semua dilakukan agar mereka mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Hal sama juga dilakukan oleh Pak Maskur (50) warga desa Sidigede kecamatan Welahan kabupaten Jepara yang setiap harinya ider putu bumbung sebagai penyambung hidup bagi keluarganya. Sebelum ider putu bumbung beberapa pekerjaan pernah dijalani , jualan ayam kentucy , jualan rujak , kuli bangunan sampai dengan bekerja di tempat kerajinan rotan. Namun itu semuanya ada kendala yang menghadangnya sehingga pilihan terakhirnya adalah berjualan putu bumbung keliling dari desa satu ke desa lainnya dengan konsumen kebanyakan anak-anak . Dengan motor tua kesayangannya yang di pasang box dari kayu dan seng , dia tempatkan kompor gas , kaleng untuk merebus putudan juga tempat penyimpanan bahan baku tepung beras dan gula merah. Pak Maskur sedang membuat putu bumbung
“ Ya saya jualan putu bumbung ini baru setahunan Mas ,belajar teman dari Brebes ketika ngontrak di Jakartaselain modalnya kecil juga hasilnya lumayan biar sedikit setiap hari ada penghasilan tetap. Sebelumnya saya bekerja di kerajinan rotan yang gajiannya seminggu sekali itupun kadang-kadang mundur. Kalau jualan ini jika sepi Rp 35 ribu dapat , jika ramai bisa sampai Rp 50.000,- bersih “ ujar Pak Maskur sambil membuat putu bumbung yang dipesananak-anak. Cara membuat putu bumbung sederhana sekali beras yang dihaluskan dicampur tepung sedikit dimasukkan dalam bumbung bambu dengan diameter 3 cm ,didalamnya diberi parutan gula merah. Bumbung yang berisi bahan putu tersebut selanjutnya dipanaskan diatas kaleng minyak yang diberi lubang sehingga mengeluarkan hawa panas. Hawa panas dari lubang itulah yang kemudian memanaskan beras dan gula , sehingga putu dalam bumbung itu bisa matang . Selain mematangkan putu-putu dalam bumbung lubang kecil diatas kaleng yang didalamya air mendidih itu menimbulkan dengungan suara mirip kumbang yang cukup kencang . Sehingga suara itu dapat terdengar jauh hingga puluhan meter , oleh karena suaranya yang cukup khas itulah membuat para pelanggannya keluar rumah jika mendengar suara itu. Pembuatan putu bumbung ini menurut pak Maskur selain modal yang dibutuhkan tidak banyak juga mudah , bahan-bahannya sederhana sekali , beras , kelapa parut dan gula . Peralatanyapun mudah dibuat dan didapatkan , pemanasannya menggunakan kompor gas , tempat merebusnya dari kaleng bekas minyak goreng , cetakan putu dibuat dari bambu yang dipotong kecil-kecil. Semuanya itu ditempatkan dala box terbuat kayu yang dilapisi aluminium yang dibuat pas dibagian kendaraan roda duanya .Untuk membuat semuanya itu modal yang dikeluarkan tidak lebih Rp 500 ribu, jika tidak mempunyai kendaraan roda dua kita bisa keliling menggunakan sepeda atau kereta dorong. “ Ya bila kita belum punya pekerjaan tetap jualan putu bumbung ini bisa jadi pekerjaan alternative , selain modalnya kecil juga mudah cara pembuatannya dengan melihat sebentar saja kita bisa membuat makanan kecil ini. Agar tidak membosankan kelilingnya harus berpindah-pindah setiap harinyasetelah cukup lama kita kembali ider ke tempat yang sama lagi “ , tambah Pak Maskur. Memang jualan putu bumbung ini harus telaten , karena rata-rata pembelinya anak-anak dengan jumlah pembelian rata-rata Rp 1.000,- yang mendapatkan tiga buah putu bumbung. Selain itu juga harus sabar dalam menunggu pembeli , oleh karena itu tempat mangkalnyapun di atur yang banyak anak-anak. Namun kebanyakan jika ada anak satu yang beli maka yang lainnya akan ikut beli, sehingga dalam sekali berhenti minimal pembelinya bisa 5 – 10 orang. Selain ider kampung pak Maskur ini sering juga mangkal disekolah SD dan TK. Meskipun harus keliling kampung berangkat pagi dan pulang sore , Pak Maskur mensyukuri pekerjaan sebagai penjual putu bumbung ini , meskipun kecil namun bisa mencukupi anak istrinya meski dalam kondisi hidup sederhana. Puluhan tahun ia telah merantau keluar desa dan bermacam-macam pekerjaan telah ia jalani namun semua itu ada kendalanya , ia pernah jaya ketika berusaha ayam kentucy ,namun flu burung merontokkan usahanya. Oleh karena itu dalam kegalauannya iapun pulang kampung dan kembali merajut usaha sebagai penjual putu bumbung yang ia pelajari dari sesama teman perantau di sumatera dulu. Pak Maskur dan pelanggannya
“ Bagi saya setiap hari sudah ada uang untuk belanja di rumahsaya bersyukur , karena saya sudah puluhan tahun merantau kemana-mana sehingga sudah lelah dan jenuh meninggalkan anak istri . Meskipun sedikit-sedikit yang penting ada hasil “, tutup pak Maskur menutup sua sambil beranjak pergi mencari pembeli yang baru ( FM) Fatkhul Muin Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com
KEMBALI KE ARTIKEL