Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Trauma Lari? Tendang Aja!

12 Januari 2012   08:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:59 195 0
Yosa tiba-tiba menghampiri saya. Sejenak saya tatap wajahnya lalu kembali memperhatikan teman-temannya yang lain sedang bermain Ular Tangga Kejujuran racikan tim PENDEKAR alias PENDidikan Emosi dan KARakter yang kami gagas. Sambil memegang rambutnya yang ikal, siswa SD Perwanida Nurul Fajar ini tiba-tiba berdiri di sisi kiri saya seraya berkata,

"kak..aku trauma lari kak!"

Perhatian saya tersita... Membantu anak yang kira-kira berusia 9 tahun ini tampak lebih menarik ketimbang menyaksikan canda tawa serta gurauan puluhan anak lainya yang sedang hanyut dalam permainan pembangun karakter jujur tersebut. Hari kedua program PENDEKAR ini memang saya janjikan untuk memberikan hypnotherapy kepada siapapun peserta PENDEKAR yang memiliki trauma atau phobia tertentu agar bebas dari belenggu penyakit pikiran tersebut. Setidaknya itulah janji saya kepada para wali murid sehingga entah mengapa mereka berbondong-bondong menghampiri tim kami lalu memberondong dengan berbagai pertanyaan dari yang biasa sampai kasus luar biasa persis seperti martabak.

"Takut setan bisa ilang gak?"

"Takut ketinggian gimana tuh??"

"Phobia kucing bisa sembuh gak?"

"Takut laptop apa bisa ilang juga?"

Yaa...kira-kira begitulah pertanyaan yang muncul dengan segala keunikannya. Bahkan ada orang tua yang mencemaskan anaknya yang nggak pernah gagal. Hasilnya memang mengkhawatirkan, ketika ia kalah di ular tangga dan permainan lainnya spontan anak ini langsung mengamuk atau setidaknya ngambek sambil cemberut.

Kembali kepada Yosa yang dengan wajah polosnya masih terbayang hingga kini. Nggak kebayang ada orang yang takut untuk lari, tapi orang itu ada dihadapan saya. Ini bukan sinetron.

"Lho emang kenapa kamu takut lari??" tanya saya sembari berjongkok di hadapannya. Yang saya pahami adalah jika kita ingin berbicara dengan anak-anak maka mata kita harus sejajar dengan matanya.

"Dulu saya pernah lari eeehhh tau-tau temen saya nyelengkat saya, saya jatuh terus tangan saya patah. Sampe sekarang kalo saya lari jadi takut." Jawabnya dengan ekspresi yang bikin saya kasihan juga, agak melas gitu deh.

"Terus kamu udah maafin temen kamu itu belum?" tanya saya menyelidik. "udah kak",  jawabnya.

Walaupun saya hypnotherapist, kadang-kadang nggak hafal juga apa nama tekniknya karena begitu beragam. Ratusan orang yang pernah saya therapy mayoritas hasil racikan sendiri. Intinya, pakai apapun yang penting bermanfaat dan akurat. Termasuk untuk kasus yang satu ini, saya mikir sebentar sembari menunggu ilham dan hidayah-NYA. Akhirnya ketemu juga, ya mudah-mudahan teknik ini efektif.

"Baik Yosa, sekarang kamu lari yang kenceeengggg banget ya. Siap???" Ia pun mengangguk.

"oke satuuu....duaaa...tigaaaa!!!" teriak saya dengan semangat, tapi dianya lari dengat tidak semangat. Agak ragu, kaku dan sepertinya ada hal besar yang menghalangi ia untuk berlari kencang.

Setelah ia kembali lagi saya kembali bertanya,"Apa yang kamu bayangkan saat kamu berlari tadi?"

"Takut jatuh lagi kak. Ada kaki-kaki yang menghalangi saya seolah-olah mau nyelengkat lagi" jawabnya.

"Itu kaki siapa?" tanya saya dengan nada menggoda. "Nggak tau kak." katanya.

"oke..diri dengan tenang...tarik nafas dari hidung...hembuskan perlahan lewat mulut sambil pejamkan mata....bagus...ulangi lagi.." perintah saya sambil membimbingnya. Dan ia pun mengikuti instruksi saya.

"Sekarang kamu bayangkan kamu sedang berlari sekarang....apakah ada kaki yang menghalangi??" ia pun mengangguk.

"Saat kamu lihat kaki di hadapan kamu, tendang saja sekeras-kerasnya sampai kaki itu mental ke tempat yang jauh. Kamu boleh pilih mau ke laut, gunung, jurang, got atau ke tempat sampah...terserah kamu." ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat bersemangat, ia pun menggerakkan kakinya isyarat menendang dan setelah itu ia senyum puas sekali.

"Udah kamu tendang??" Tanya saya. Ia mengangguk lalu saya tanya kembali, "Mental sampe dimana?"

"Ke laut kak!!" jawabnya. "Coba kamu bayangkan lari lagi, masih ada kaki nggak?"

"Ada kak tinggal satu.."

"oke tendang lagi yang jauh, kalo perlu ke Afrika. Kalau sudah anggukkan kepala ya", jawab saya setengah berbisik. Setelah ia mengangguk, saya pastikan lagi agar kaki itu tidak muncul lagi.

"Naaahh...kamu tarik nafas lagi yang daleem lewat idung...keluarkan perlahan lewat mulut...bagus...sekarang buka mata perlahan."

"Kamu lari beneran sekarang ya..kalau masih ada kaki tendang aja nggak usah takut." Ujar saya, dan ia berlari sangat kencang, lebih kencang dari sebelumnya. Lebih percaya diri dan langkah-langkahnya meyakinkan. Tiba-tiba di tengah perjalanan agak lebih pelan lalu ia menendang sangat kencang. Mungkin saat itu ia kembali melihat kaki, tapi keberaniannya untuk melawan jelas patut diapresiasi. Tak saya sadari bahwa sedari tadi banyak teman-temannya memperhatikan cara saya men-therapy. Dan ketika Yosa berlari sangat kencang tiba-tiba riuh tepuk tangan bersahut-sahutan dibelakang saya.

"Nggak boleh ada yang menghentikan langkah kita menuju sukses, bahkan diri kita sendiri"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun