Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Hal yang Perlu Dilakukan Jika Ingin Liga Indonesia Berkualitas...

1 September 2012   07:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:03 682 1
Postingan sebelumnya saya pernah membahas mengenai peleburan ISL-IPL,

http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/07/28/peleburan-isl-ipl/

sekarang saya coba memposting hal apa saja yang harus dilakukan oleh PSSI (tentu yang sah dong) agar Liga Indonesia berkualitas. Ini hanya sebuah gagasan yang pasti gagasan ini ga akan dibaca oleh PSSI... Sebatas urung rembug saja.....

Melihat perjalanan dua liga yaitu ISL dan IPL, masih memiliki kekurangan2 yang harus secepatnya dibenahi oleh PSSI agar Liga Indonesia benar2 menjadi jauh lebih berkualitas. Resume yang saya coba buat dari kekurangan2 yang ada pada ISL maupun IPL (tidak ada dikotomi ISL-IPL) dan solusinya yaitu :


  1. Buruknya kinerja wasit. Kerusuhan penonton salah satu penyebabnya adalah buruknya kinerja wasit. Ketidakpuasan atas kinerja wasit sering memicu terjadinya kerusuhan sepakbola. Pembinaan kualitas wasit harus benar-benar dilakukan oleh PSSI.
  2. Kerusuhan supporter. Penyatuan liga tetap akan menimbulkan tawuran supporter. Permusuhan antara Viking-Jakmania dan Aremania-Bonek masih mewarnai  dalam persepakbolaan Indonesia. Permusuhan antara Viking-Bonek-Jakmania-Aremania sudah sangat mengkhawatirkan.. Sebagai suporter Indonesia, kita mengetahui bahwa keempat supporter besar tsb kerap terjadi gesekan. Kasus terakhir adalah tewasnya bobotoh pada saat laga Persija vs Persib. Dengan penggabungan liga, tentu hal ini harus diperhatikan, karena 4 komunitas supporter besar tsb akan saling berhadapan kembali. Bonek-Viking vs Aremania-Jakmania. Gesekan2 ini harus segera dihilangkan. Mungkin salah satu caranya adalah ketegasan PSSI dalam menegakkan disiplin. Pada saat ISL digulirkan, jika terjadi gesekan antar mereka, selalu saja salah satu pihak yang dikorbankan. Contoh adalah Viking dan Bonek. Jika kerusuhan terjadi di Jakarta, PSSI tidak pernah memberikan sanksi tegas thd Persija, tetapi klo terjadi di Bandung, PSSI langsung menindak tegas Persib. Pun begitu dengan Bonek. Sehingga karena kasus ini, Bonek dan Viking merasa satu nasib. Kedepannya hal ini harus dihilangkan oleh PSSI. PSSI harus bisa bertindak adil thd semua tim.....dan pendewasaan supporter harus selalu dilakukan oleh stakeholder...
  3. Pengaturan skor. Ya, inilah sisi buruk dari ISL, indikasi tentang pengaturan skor dan pengaturan juara, sering terungkap. Kasus terakhir adalah pada saat Arema juara. Kita mengetahui semua, pada saat itu, ADT adalah pengurus teras Arema. Rumor yang muncul pada saat itu kenapa Arema di setting menjadi juara, karena Arema dianggap klub non APBD. Ini demi pencitraan bahwa klub tanpa apbd bisa jadi juara.... Tetapi kasus tsb menguap begitu saja...
  4. Keterlambatan gaji. Hampir di setiap klub baik ISL dan IPL terjadi keterlambatan pembayaran gaji yang sampai sekarang pun belum terselesaikan. Ini disebabkan mundurnya sponsor akibat terjadinya dualisme kompetisi... Jika kompetisi kembali bersatu, tidak menutup kemungkinan sponsor akan kembali meramaikan persepakbolaan indonesia, sehingga keterlambatan gaji bisa teratasi.
  5. Transparansi. Nah ini juga penyakit dari ISL. Sudah beberapa kali PT. Djarum mensponsori Liga Indonesia, tetapi klub ISL tidak pernah merasakannya. Konon kabar yang berkembang, PT. Djarum sekali menggelontorkan dana itu cukup besar, bahkan rumor yang ada sampe 50 m. Artinya jika saja PT. Djarum sudah misalkan 5x mensponsori Liga Indonesia, dana yang harus ada minimal 200 M. Kemudian ditambah denda2 yang diterima akibat hukuman mulai dari kartu kuning(klo tdk salah 10 jt), merah(25 jt), kerusuhan penonton(50jt). Kita bisa hitung secara kasar, berapa kartu kuning yang dikeluarkan dikali x rupiah, pun begitu dgn kartu merah, dan jika terjadi kerusuhan sepakbola. Total Jenderal, ini mah perhitungan kasar mungkin setiap kompetisi, PT. LI mendapatkan dana yg sangat2 besar sekali.... Tentu inilah yang dijadikan pertanyaan oleh pengurus PSSI selanjutnya..dikemanakan dana besar tersebut. Kalau berbicara operasional klub, toh klub2 ISL pada saat itu (bukan skrg lho) mendapatkan dana dari APBD. Dan klo berbicara share dgn klub, kenapa pada saat itu klub masih mendapatkan dana dari APBD? Pembinaan timnas, pemain muda bukankah berasal dari APBN? Jadi memang hal tsb menjadi pertanyaan besar buat masyarakat.... Mungkin itulah kenapa PT. LI tidak pernah ingin diaudit oleh pengurus PSSI berikutnya... karena disana terdapat uang panas hasil pengelolaan liga indonesia. Kedepannya hal ini harus dibenahi, agar klub bisa benar2 mandiri, dan liga menjadi berkualitas.
  6. Ketidaktegasan PSSI. PSSI pada saat itu memang tidak memiliki ketegasan thd tim2 tertentu. Kasus yang memalukan adalah memaksakan Pelita Jaya tidak terdegradasi dgn mengorbankan Persebaya. Itu kelihatan sekali PSSI pada saat itu benar2 memihak thd tim2 tertentu(Arema dan Pelita Jaya). Hal ini jangan sampai terjadi lagi di kepengurusan DA. Jangan ada lagi penganakemasan klub, jika ini masih terjadi maka kisruh sepakbola indonesia tidak akan pernah selesai...
  7. ..... jika ada usulan, silahkan tambahkan ya...
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun