Cadas-cadas hidup itu ternyata adalah nyata
Jemari tangan dan kaki, buntalan perut, mata yang terbuka, telinga yang ku pasang
Serta segumpal daging bernama qalbu turut beraktivitas
Untuk sebuah keteladanan,untuk sebuah pedoman bagi mereka yang datang entah dari mana
Cawan…?cawan itu seakan indah dan bersih
Milik dan di jaga oleh tangan-tangan kebaikan
Namun, kebaikan itu tidak dalam joroknya caraku memandang
Terhantam aku di hari sakit
Tatkala lendir ingus dalam hidungku ramai menyesak dalam rongga laksana pasar malam
Dan pandanganku seperti roda train bawah tanah negeri Inggris
Berputar dan kencang
Aku tak percaya, tapi ini hari penghantaman
Penghantaman dari ketidak kokohan memegang apa yang telah diucapkan
Umurnya tak sampai dua puluh empat jam
Dari 13 Desember pukul 14:23 hingga 14 Desember 2011 pukul setengah dua siang
Semua yang telah dikeluarkan, dipinta untuk dimasukkan kembali
Terhantam aku dihari sakit
Terlepas siapa lah yang mengeluarkan dan siapa yang memasukkan
Tapi, aku bukan pejuang tangguh seperti asa mereka
Aku punya roh yang memang aku juangkan dalam diriku sendiri
Roh yang tak terbayarkan dengan urutan angka-angka kehidupan
Dan tak pula tertunaikan dengan kata-kata kotor berselimut kebaikan
Serta tak pula tergantikan dengan tausiah-tausiah keTuhanan yang hambar
Bersebab kehambaran itu memang telah dicipta dari ketidak kokohan itu sendiri
Bermungkin ini langkah kecilku untuk bisa terbang menembus asa mimpiku untuk kelangit
Bertemu dengan keilmuan yang aku rindukan, bersua dengan Tuhan yang tak pernah alpa dengan
lakon hidup yang sedang berlaku untukku
Disana…?dicawan lain
di Barat? Atau di Timur?
Di Selatan ?Atau di Utara?
Aku sendiri tak tau
Tapi sebuah kepastian kuyakini bentangan tikar dunia adalah di tanganNYA
DIA lebih tau akan kuasaNYA sendiri
Kututp kata di sajak ini
Terhantamku di hari sakit
Parabek dirinai hujan, Rabu 14 Desember 2011 jam 15:26