**
"Gadis aneh" ucapnya. Ia tetap memandangi gadis itu.
Disaat semua orang sudah asik bercengkrama dan menghangatkan diri, mengapa gadis itu malah asik bersenandung di bawah derasnya hujan?. Ia mengenal gadis itu, Petrichor...
**
"Hey!!!" teriak seseorang dari kejauhan. Petrichor mencoba melihat orang itu, namun matanya tak kuasa mengenalinya. Lalu ia beranjak ke pinggiran kursi tapi tetap tak bisa mengenali orang itu.
Petrichor lupa meletakkan alat bantu penglihatannya, ia menyerah dan kembali lagi ke tengah pekarangan rumahnya.
**
Igo, melambaikan tangannya seraya tetap berteriak, "Kau bisa sakit jika terus-menerus disitu" ia tau Petrichor tak akan mendengarnya, suaranya tenggelam ditelan hujan. Ia kembali memperhatikan gadis itu.
**
Tak lama hujan berhenti, Petrichor tidak segera masuk ke rumahnya. Ia menghentikan senandungnya, duduk dikursi yang ada dibawah pohon cemara, seraya memejamkan matanya. Ia menarik nafas dalam, begitu menikmati bau setelah hujan.
**
Tak sedetikpun ia beranjak dari kursinya. Ia begitu penasaran sampai mana gadis itu bisa bertahan dibawah derasnya hujan. Senyumnya berganti rasa khawatir ketika tahu gadis itu tidak segera masuk ke dalam rumahnya padahal hujan sudah berhenti. Ia mengambil handuk, dan teh yang baru saja diseduh pembantunya.
**
Petrichor merasa ada sesuatu yang hangat menutupi tubuhnya yang basah, ia membuka matanya. Saat itu juga seulas senyum dari orang yang ada dihadapannya ini membuat hatinya juga hangat. "Igo, sudah berapa lama kau berada disitu?" tanya Petrichor.
"Cukup lama untuk melihat tangan-tanganmu yang mulai membeku" jawabnya khawatir "Cepat kau minum teh ini" lanjutnya menyerahkan secangkir teh melati panas yang ia bawa.
"Kau baik sekali, terimakasih" mereka duduk diteras rumah, bercerita tentang apa saja yang mereka sukai.
"Igo, kau tahu mengapa aku sangat suka hujan dan bau sehabis hujan?" Igo menggelengkan kepalanya
"Coba pejamkan matamu, tarik nafas yang dalam" Igo menuruti semua perkataan Petrichor
"Lalu apa yang kau dapat?" tanyanya lagi
"Hmm... aku tak yakin tapi aku mencium bau yang unik"
"Ya, memang... itulah bau yang aku suka. Bau dari hujan pertama sehabis musim kemarau, aromanya khas"
"Dan mengapa kau juga suka hujan?"
"Karena hujan itu rahmat. Kau tahu, kata ayahku, aku lahir tepat pada saat hujan pertama sehabis kemarau. Ia berkata, aku datang diiringi rahmat Tuhan setelah kekeringan yang panjang melanda kota kita.
Igo tersenyum pada gadis disampingnya, "Karena itulah ayahmu kemudian menamaimu Petrichor"
Gadis itu terkejut, tidak banyak yang tau arti namanya, pupil matanya membesar. Entah mengapa hatinya begitu riang ada yang mengerti tentang namanya.
"Dari mana kau tahu arti namaku?"
"Ayahku, ia juga sangat menyukai bau tanah sehabis hujan. Konon selama musim kemarau bunga-bunga dan tanaman lainnya mengeluarkan minyak dan ketika hujan turun, minyak itu terlepas ke udara sehingga menghasilkan bau unik yang menyegarkan yang kemudian di sebut Petrichor"
Petrichor semakin mengagumi Igo, laki-laki yang selalu penuh kejutan. Selalu ada yang membuatnya terkagum-kagum...
**
Igo tak pernah bosan memperhatikan gadis ini, Petrichor jauh dari kata cantik namun baginya gadis ini begitu menarik. Gadis aneh, namun membuatnya begitu penasaran. didekatnya, Igo selalu bisa tertawa. Seperti saat ini, ia begitu ingin waktu berhenti. Ia hanya ingin menikmati waktunya bersama gadis ini sedikit lebih lama lagi