Salah seorang teman "nyeletuk", "Saya kemaren baca sebuah artikel, dab, tentang sesuatu yang membuktikan bahwa Allah itu ternyata tidak sempurna juga kuasanya". Wew, kami langsung noleh ke dia sambil bengong, maksudnya apa tuh dan tentunya penuh penasaran, kok bisa???
Bukannya kita sejak kecil sudah "dicekokin" bahwa Allah itu MAHA segalanya dan tak satupun yang bisa luput dari genggaman kuasanya. Selintas kalimat itu sangat aneh dan tentunya sangat sangat melawan arus opini masyarakat Islam khususnya.
"Ojo ngelantur kowe", kata salah satu temen selanjutnya. "Ora kok, iki tenanan", balasnya trus kemudian dia jelasin gimana tuh maksud kalimat-kalimat yang terlanjur diungkapkannya.
"Gini dab, ini semata-mata hanya sebuat 'intermezzo' logika teologis semata, denger-denger sih ini konsumsi biasa anak-anak filsafat. Nah, kita kan tau kalo Allah itu maha kuasa, maha perkasa, maha kuat, dan tentunya maha pencipta."
"Jika demikian, apa mungkin Allah itu bisa menciptakan sebuah batu atau apalah yang Allah sendiri tidak sanggup untuk mengangkatnya????"
Kalau memang Allah bisa menciptakannya, berarti Allah itu tidak Maha Kuat lagi. Dan kalau Allah bisa mengangkatnya berarti Dia tidak Maha Pencipta lagi dong...."
Hmmmm.... kondisi ini kedengarannya sedang "menguji" eksistensi Allah dalam ketuhanannya, secara logika Allah sedang terposisikan bagai memakan buah si malakama.
Saya balik bertanya, "menurutmu sendiri gimana?". "Apa yang kamu bayangkan saat adanya wujud yang MENGANGKAT dan MENCIPTAKAN itu?".
Jika saat kita berhasil membayangkan sebuah wujud yang mengangkat dan menciptakan itu dalam sebuah imajinasi kita sebagai "mahluk" maka SUNGGUH ITU BUKAN ALLAH, karena Allah itu "laa yastawy syaiun" atau "laisa ka mistlihi syaiun", Allah itu tidak serupa dengan apapun dan Allah itu tidak menyamai sesuatu apapun. Jika dalam imajinasi logika kita masih dapat dibayangkan tentang "ke-Allah-an" maka sesungguhnya itu BUKAN ALLAH.
Dari kisah singkat ini sesungguhnya telah menggambarkan kepada kita bahwa akal dan logika kita ini memang tidak terbatas akan kehidupan sebagai mahluk, namun setelah dihadapkan pada eksistensi ke-Allah-an maka akan terungkap begitu lemahnya dan terbatasnya logika kita....
wallahu a'lam.
Baca artikel lainnya di http://www.arayku.co.cc