by Ila Rizky Nidiana(No 22)
Aku berdiri di sudut ruang. Tubuhku terdiam menyentuh dinding apartemen yang mulai dingin. Bau anyir menyeruak di sekitarku. Sesekali pandangan kuarahkan ke sudut lift dekat pintu yang terbuka, kulihat noda darah tercecer. Sebuah pisau jatuh berdenting di dekat sepatu  lelaki itu. Mataku awas mengamati gerak seseorang di sampingnya.
"Pisahkan barang-barangnya. Bawa ke atas. Cepat!"
Sreett sreett... suara benda ditarik perlahan menghancurkan kesunyian malam. Benda itu tubuh seseorang yang bersimbah darah.
Aku terdiam, gugup. Tak ada yang bisa kulakukan kecuali diam di tempatku berdiri saat ini. Tubuhku gemetar.