PT Nirwana Pelita Jaya yang saat ini nanganin Arema ISL melalui CEO-nya, Iwan Budianto, berkata,"Ini bukan seperti jual beli, sehingga tidak ada orang atau badan usaha yang menerima uang. Kita memiliki saham mayoritas Arema dan akan menyuntikkan sejumlah dana untuk tim ini ke depan."
Aneh. Mana ada pembelian yang nilai transaksinya adalah nol rupiah? Mana ada transaksi yang tidak dilakukan dua pihak?
Langkah "pembelian" ini terkesan lebih untuk memberi kepastian legal kepada Arema ISL yang selama ini memang dituding belum berbentuk badan hukum. Selama ini Arema IPL yang dikelola Ancora lah yang katanya memegang kelengkapan legal Arema dengan penguasaan saham 80%. (kalo gak salah)
Proses "transaksi kosong" ini sudah jamak di sepakbola indonesia, setidaknya dalam medio satu tahun ini. Di masa transisi musim kompetisi yang lalu, begitu banyak kita melihat adanya "merger" antara klub-klub ISL yang belum berbentuk PT dengan klub IPL yang sudah berbentuk perseroan. Itulah realitanya, memang banyak perkawinan klub antara yang status legalnya jelas dengan yang tak jelas.
Tapi bukan di situ inti tulisan ini. Berkaca dari suksesnya Persija ISL menendang Persija IPL di meja hijau, bukan tidak mungkin Arema IPL juga melakukan yang sama. Kenapa Arema IPL sampai saat ini belum mengajukan permasalahan penggunaan nama Arema ke pengadilan? Dengan bekal kelengkapan legalitas harusnya Arema IPL bisa dengan mudah mempercundangi Arema ISL.
Akan amat menarik (oh no... tetiba guah jadi penikmat konflik) jika pengadilan memenangkan Arema IPL atas nama Arema seperti Persija ISL memenangkan nama Persija. Pertanyaan yang mengusik kemudian adalah:
1. Akan menggunakan nama apa PT Nirwana Pelita Jaya untuk klub yang ada di ISL ini? Pelita Jaya lagi kah?
2. Ke mana dukungan Aremania akan mengalir? Apakah tetap di eks-Arema ISL? Atau mudik ke Arema IPL?