Srintil, begitu perempuan itu disebut. Tidak ada yang tahu pasti nama perempuan yang buah dada dan paha mulusnya ia pamerkan kemana-mana itu. Bisa jadi Margareta, mungkin juga Maemunah. Tapi sepanjang jalinan memori penduduk desa, belum pernah ada satu warga pun yang hidup dengan menginjak - injak kristal norma yang teruntai sakral turun temurun. Tidak. Sampai ia tiba di desa seminggu lalu.