Siang itu di Desa Keji, seorang pemuda duduk berjongkok di depan kran air sambil memegang popok sekali pakai bekas. Para ibu dan bapak dari desa tersebut berdiri mengelilinya dengan wajah penasaran. "Popok ini dicuci dulu ya Bapak dan Ibu, setelah itu digunting, dan dikeluarkan gel-nya," terangnya tanpa merasa jijik sama sekali. Pemuda tersebut adalah Reanes Putra Tito Magarwi (26) dari Sampah Muda, sebuah
start up berbasis website yang membantu masyarakat menyalurkan sampah di rumah/kantor masing-masing kepada para pengepul. Para pemilik sampah ini yang disebut "customer" akan diberikan imbalan berupa uang atas sampah yang mereka berikan pada para agen penjemput sampah. Agen inilah yang akan mengantar sampah ke gudang Sampah Muda di Leyangan. Sampah yang telah terkumpul ini kemudian akan dikirim ke pabrik untuk diolah kembali. Kali itu ia sedang menjadi pemateri di Sekolah Pintar DAS yang diadakan Mercy Corps Indonesia sebagai bagian dari program
TRANSFORM.
KEMBALI KE ARTIKEL