Saya bukan orang-orang yang tergolong dalam kelompok pecinta film horror, apalagi film horror yang di produksi oleh sutradara asal Indonesia, alasan saya sederhana sejak kecil saya berada di lingkungan yang percaya hal-hal ghaib, mulai dari kepercayaan tentang suanggi, tuyul dan ilmu-ilmu horror lainya, apalagi tentang hantu, di lingkungan saya selalau percaya tentang adanya penunggu di pohon-pohon besar ataupun di wilayah-wilayah tertentu dan sempat beberapa kali saya menjumpai itu; melihat bola api yang loncat sana loncat sini padahal tidak ada yang memainkanya atau melihat sebuah perahu dengan lampu yang mengikuti perahu yang saya naiki kemudian hilang entah kemana dan satu kelompok masyarakat yang hidup secara ghaib desas desus maupun cerita mistis seperti itu hidup dilngkungan kami. Makanya saya tidak terlalu tertarik datang ke bioskop untuk sekedar menyaksikan hal-hal yang sebenranya sudah saya jumpai di kehidupan sehari-hari. Sejak dulu saya lebih menyukai film-film setan yang ada fampirnya terutama film boboho sebab disitu ada unsur komedinya.
Tetapi di malam itu saat di depan kasir bioskop teman saya bertanya mau nonton film apa? Saya jawab bebas. karena dalam daftar film yang akan di putar tersisa film dengan genre horror dengan cepat saya di beritahu kita nonton film Saranjana entah dengan pertimbangan apa kawan saya memilih saranjana. Berhubung filmnya akan di mulai pada pukul 21.00 WIB dan saat itu baru sekitar pukul 19.23 Wib, kami berdua memutuskan untuk duduk di rooftop sembari push rank dari rooftop itu terlihat keindahan Jakarta Timur yang di hiasi oleh beberapa gedung tinggi, sebuah pemandangan kota yang penuh dengan kemajuan jika dibandingkan dengan kota-kota diluar Pulau Jawa. Dalam hati saya berkata "di kota paling besar seperti Jakarta yang sudah banyak gedung pencakar langit orang masih selalu membicarakan tentang hal-hal ghaib. Tentu hal ini bertentangan dengan pandangan Tan Malaka yang menganggap segala hal yang berhubungan dengan hantu, jin dan kesaktian ghaib adalah salah satu penghambat kemerdekaan bangsa?" tiba-tiba kawan saya memanggil untuk segera masuk karena sebentar lagi film Saranjana akan segera dimulai.
Saat masuk dan duduk di kursi bioskop saya seperti tidak terlalu tertarik, karena dalam bayangan saya pasti hantunya adalah hantu yang sudah pernah saya dengar desas desusnya, selain dari pada itu karena saya yang sudah mulai takut di tambah dengan kesepaktan kami berdua untuk tidak bermain HP selama film berlangsung
Film pun dimulai dengan sebuah konser band asal Jakarta di Kalimantan selatan, setelah proses manggung merekapun kembali ke hotel lalu seperti biasa setelah berkegiatan pasti selalu ada semacam rapat kecil kecilan untuk mengavulasi dan membicarakan kegiatan yang harus di lakukan berikutnya terjadilah drama cek cok cek cokan antara sang vokalis (Shita) dengan Rendi singkat cerita peredebatan pun terjadi dan shita pun balik ke kamarnya saat itulah si shita ini mulai di ganggu oleh seseroang laki-laki yang berpakaian adat lengkap, si laki-laki ini menggedor-gedor pintu kamar si shita, sang vokalis yang merasa terganggu pun akhirnya mencoba untuk bertanya ke si laki-laki itu dengan cara mengejarnya namun kejadian aneh sudah mulai terlihat karena hanya si shita ini yang bisa melihat lelaki dengan pakaian adat itu, bahkan saat bertemu dengan salah satu pegawai hotel dan si shita ini bertanya mengenai siapa lelaki itu si pegawai hotel mengatakan kalau dia tak melihat siapapun yang lewat, akhirnya si sitha mengejar lelaki itu sampai ke sebuah pelabuhan, disinalah saat pertama di perlihtakan kota saranjana dari kejauhan, sungguh sebuah kota yang sangat maju saya awalnya berpikir bahwa itu Singapur di lihat dari Batam ternyata dugaan saya salah itu adalah kota saranjana sebuah kota ghaib.
Saat melihat kota saranjana saya mulai serius menonton. Karena biasanya film horror selalu memperlihatkan tempat-tempat angker dan kumuh bisa-bisanya film ini menawarkan untuk membangkitkan Imajinasi baru semacam upaya untuk mengatakan yang ghaib tidak selalu gelap.
Singkat cerita si Shita ini menghilang secara misterius dan petualangan pun terjadi Rendy, Vey, Dion (tiga anggota band) dan fitri (manager) berusaha mencari Shita. Akhirnya, perisitwa itu memaksa teman dan sahabatnya mengadakan pencarian, mengetahui bahwa Shita berada di Saranjana, sebuah kota supernatural, dan untuk membawanya kembali mereka harus menemukan portal melalui petualangan peristiwa mistis.Yah walaupun dalam benak saya mereka adalah orang dari Jakarta yang paling songong, sudah jelas temannya hilang seharusnya kan lapor polisi atau meminta pertolongan orang sakti di kampung tersebut bukan malah dengan gagah berani melakukan petualangan dengan modal informasi yang di kumpulkan dari masyarakat sekitar dan hanya membawa salah satu Panitia local yang informasinya mengenai saranjana pun terbatas di tambah tidak memiliki kemampuan mistik apa-apa. Tapi begitulah film, semua sudah di atur akhirnya saya pun mencoba mengikuti alurnya dengan seksama sembari sesekali menggangu teman saya dengan cara membuatnya terkejut saat sitauasi sedang tegang, ahahahaha_
Sampai pada satu kejadian lucu menimpa si panitia local ini, dimana saat mereka sedang berada di hutan untuk mencari gerbang menuju Saranjana si Dion salah satu anggota bandnya si Shita ini mendengar music tarian bertopeng lalu dia pun kemasukan dan tim lainya pun akhirnya harus mencari si Dion yang telah di bawa oleh kelompok penari bertopeng. saat Dion di temukan si Rendi dan Vey langsung mencoba menyadarkan Dion namun mereka malah ikutan kemasukan, lalu si panitia local ini dengan gagah menjelaskan ke si Fitri bahwa itu adalah tarian bertopeng dan mereka tidak akan berhenti menari sampai mereka mati, lalu si panitia local ini pun mengatakan kita harus menyelamatkan mereka ketika dia (panita local) dan si Fitri mendekat ke taman-temannya yang sedang menari malah si panitia local ini yang duluan ikut menari. Saat melihat si panitia local ini menari alih-alih saya merasa seram malahan saya ketawa terbahak-bahak.
Singkat cerita sampailah mereka ke sebuah pohon yang di percaya sebagai gerbang menuju ke Kota Saranjana dan yang berhasil masuk ke Kota Saranjana tersisa si Fitri, Rendi Dan Vey. Rendi telah mati akibat kelamaan menari dan si Panitia local itu telah mati akibat hal yang sangat lucu karena kepanikanya, dan si mba yang juga ikut untuk mencari adiknya yang hilang di kota saranjana pun mati gegara di makan oleh tuyul,kalua gak salah. Proses perpindahan menuju ke kota Saranjana ini luar biasa dengan ritual khusus langsung jreennggg gerbang itu semacam portal pemisah antara alam nyata dan supranatural. (Backsound lagu: Saranjanaaaaa saranjana ta halang halang --sebuah lagu dengan irama melayu) kemudian terlihat dengan jelas kota Saranjana yang megah penuh dengan gedung pencakar langit dan teknologi tiga dimensi tanpa menunggu lama tim keamanan Kota Saranjana dengan bantuan teknologi secara cepat mendeteksi ada orang luar yang telah masuk. Di tambah lagi di tengah kemegahan kota itu, Manggrove hidup dengan sangat indah lalu ada pemandangan rumah rumah di atas laut seperti perumahan suku Bajo sebuah perpaduan pembanguan yang mempertimbangkan keseimbangan ekologi. Luar biasa!
Saat Fitri Rendi dan Vey di kejar oleh tim keamanan mereka di selamtakan oleh seorang kakek bisu dan anak kecil yang dengan cara menjemput mereka menggunakan mobil, lalu kemudian mereka bertiga pun menceritakan maksud dan tujuan mereka datang ke kota saranaja yaitu untuk menacari si shita si kakek bisu ini pun sudah memperingatkan untuk tidak ikut campur dengan si shita karena orang orang yang di bawa ke saranjan adalah orang terpilih namun mereka bertiga meminta bantuan si kakek dan yah akhirnya si kakek pun mengantar mereka ke tempat pernikahanya si shita. si shita di temukan beberapa menit sebelum acara pernikahanNya, alasan si shita ini menghilang adalah dia di sukai oleh jin keturuan kerajaan sehingga dia di bawa ke kota Saranjana untuk di nikahi, ketika teman-temanya mengajak dia untuk kembali si shita mengatakan dia bahgaia disini drama pun terjadi teman-temanya pun putus asa dan akan kembali tanpa membawa sang fokalis. Seperti yang sudah anda dan saya duga sebelum sampai ke portal perbatasan antara dunia nyata dan ghaib si fokalis pun datang dan mengatakan mau ikut untuk pulang dan meninggalkan pernikahannya, disini nih ada celah Saranjana II bakal muncul karena di perlihatkan si jin calon pengantin ini sedang gelisah dan sepertinya marah karena mempelai wanita hilang, mungkinkah si jin akan menyerang teman-temanya si fokalis karena telah mencampuri dan menggagalkan pernikahanya --semacam ada tanda tanda perang entah perang ghaib atau perang teknologi-) cerita pun berakhir dengan kemablinya si Shita dan teman-temannya ke dunia nyata;
Bagi saya film ini sangat bagus namun sayang kemajuan teknologi di Saranjana dan aspek pembangunan dengan tetap mempertahankan keseimbangan ekologi dan keraifaln local tidak dibahas, akhirnya film ini bagi saya adalah film tentang perkembangan sains yang di horror horrorkan. Sampai selelasi menonton saya bertanya kembali kenapa sesuatu yang supranatural atau ghaib selalu di kaitkan dengan hal hal horror dan menakutkan kenapa tidak di periksa menggunakan prespektif yang tidak horror (Seperti kata Carl Sagan; dalam bukunya "Sains Penerang Kegelapan"- dunia penuh dengan hal-hal yang manusia tak ketahui. Ketidaktahuan itu membuat kita membayangkan dunia yang di hantui oleh iblis yang menakutkan)
Mungkin bisa kita mulai dengan tidak melulu mengaitkan antara hal ghaib dengan sesuatu yang gelap dan seram. atau mencoba mengurai bagaimana cara orang-orang saranjana bebas masuk ke tempat kita (ada desas desus beberapa band yang konser di hadiri oleh orang-orang saranjana dan menghilang dengan cepat atau beberapa orang yang bersaksi orang saranjana datang ke pasar malam dan masih banyak desas desus lainya). Film yang disutradarai oleh Johansyah Jumberan ini memberi prespektif baru bahwa hal ghaib tidak melulu tentang sesuatu yang seram dan menakutkan seperti yang di perlihtakan orang yang hilang di kota saranjana sebenrnya masih hidup dan kota saranjana adalah kota yang maju dengan perkembangan teknologi dan pembangunan dengan prespektif keseimbangan ekologi dan daya tampung bedanya dengan kita adalah masyarakat disana adalah kelompok jin (islam).