hidupku tak pernah lepas dari hutang, di mulai dari punya penghasilan sendiri, aku merasa mampu dan cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhanku, aku bahkan mampu membiayai kuliahku sendiri hingga selesai tanpa bantuan dari orang tua. hal ini, membuatku merasa lepas, hidup harus dinikmati selagi bisa menikmati, begitu menurutku dulu, seiring berjalannya waktu pendapatan per bulan ku juga meningkat, selesai kuliah, aku mulai bebas bekerja, alhamdulillah tawaran kerja sebagai dosen muda di universitas tempat kuliahku dulu menambah pendapatanku, blum lagi hasil mengajar les privat dan bimbel yang ku dirikan bersama seorang teman juga berjalan dengan baik, tak ayal aku merasa semua dapat kulakukan dengan uang yang ada, di tambah lagi aku masih sendiri. aku pun mulai berani membeli sepeda motor dengan kredit, merasa mampu membayar angsuran bulanan sepeda motor, dan merasa masih punya uang lebih aku pun mencoba membeli perlengkapan rumah juga dengan kredit, petualanganku dengan hutang pun terjadi di mulai dari sini.
hidup benar-benar sangat bisa kunikmati, dengan waktu bekerja yang fleksibel, aku hampir tak pernah bermasalah dengan angsuran bulan kredit-kreditku, aku juga dapat pergi kemanapun yang ku mau untuk berakhir pekan atau sekedar penghilang suntuk, apa yang ku inginkan dapat kubeli tanpa perhitungan, saat itu hidup memang benar-benar tenang dan santai.
hingga suatu saat aku memberanikan diri untuk membuka bisnis sendiri, berbekal pinjaman dari salah satu bank swasta, aku mulai membuka warung internet (warnet), walau hanya kecil kecilan, tapi lumayan memakan modal besar, bencana hutang pun mulai meruntuti ku, ternyata besarnya pendapatan dari warnet per hari hanya cukup malah kadang kurang untuk membayar bulanan bank dan tagihan jaringan serta listrik, tak bisa menabung sama sekali, terkadang untuk menutupi kekurangan aku harus memakai dana pribadi atau hutang dari teman.
pendapatan fluktuatif dari warnet, bahkan terkadang kurang, sementara hutang harus terbayar, entah salah dari mana akhirnya aku terbelit hutang jutaan rupiah pada seorang teman, pendapatan pribadiku juga menurun sebab aku harus meninggalkan pekerjaanku sebagai guru les privat karena sudah buka usaha, tapi aku harus membaginya pada kredit sepeda motor, serta perbaikan kerusakan komputer, gaji karyawan dan biaya tak terduga lainnya, walhasil tabunganku pun mulai menipis.
saat itu aku cukup pusing dan sempat memutuskan untuk menghentikan usaha dan kembali ke awal sebagaimana aku dulu, tak perlu pusing memikirkan perjalanan usaha yang naik turun serta biaya bulanan bank yang cukup besar karena pada saat itu aku memperhitungkan kalau omset pendapatan perhari lebih dari cukup untuk membaiayai masalah keuangan usaha, ternyata meleset dari perkiraan.
hingga suatu hari dalam sebuah perjalanan, aku bertemu dengan seorang teman yang juga punya usaha sendiri, tapi bagian percetakan, setelah berbagi masalah yang ada, ternyata dia juga pernah mengalami hal yang sama denganku, tanpa di duga, kita sudah terbelit hutang. hutang untuk menutupi kekurangan sebelumnya belum terbayar, sementara biaya rutin bulan ini juga belum tertutupi mau tak mau harus juga berhutang untuk menutupinya, sebab tabungan sudah minus untuk membiayai biaya tak terduga, seperti kontrakan gedung yang sudah jatuh tempo dan biaya perbaikan kerusakan komputer.
nasib tak selamanya diatas, tahun pertama begitu sulit dan dunia seakan mau runtuh, dari hasil diskusi dengan teman tersebut, pikiran untuk menganalisa keuangan pun kulakukan, dan ikut pelatihan kewirausahaan yang di lakukan bank pemberi pinjaman, sedikit banyak membuka jalan.
aku mulai mengurai benang kusut, perlahan lahan permasalahanku selesai satu-satu, ternyata hal yang penting dan tak boleh di lakukan dalam usaha adalah mencampur uang pribadi dengan uang usaha, selama ini aku melakukan itu, sehingga kebutuhan pribadiku juga di ambil dari campuran kedua uang itu, begitu juga untuk membayar semua tagihan dan hutang-hutang.
aku mulai belajar memilah da memanajemen keuangan, dan sekarang alhamdulillah sudah mulai dapat bernafas lega, meskipun masih berusaha menyelesaikan hutang-hutang kecil...tabunganku juga mulai bergerak naik, dan saat ini aku sudah punya dana cukup untuk membutuhi kelanjutan pendidikan pasca sarjanaku...
teringat sebuah pepatah
Lebih baik tidur dengan perut yang lapar daripada bangun tidur dengan banyak hutang.
pepatah tersebut memang sangat benar, sebab hutang membuat kita tak bisa tidur nyenyak dan mematikan selera makan, hehehe
bijak lah dalam memanajemen uang anda, agar jauh dari hutang, benar-benar sangat bahagia yah orang yang tidak mempunyai hutang, tapi hidup ini tak akan pernah lepas dari hutang, sekalipun itu hutang budi.