Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Mengadopsi Kearifan "Rich Dad Poor Dad-Robert Kyosaki" dalam Transformasi Pendidikan Tinggi

10 Januari 2025   12:30 Diperbarui: 10 Januari 2025   05:41 28 0
Pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam membentuk arah masa depan sebuah bangsa. Sebagai institusi pencetak generasi pemimpin, universitas tidak hanya dituntut untuk memberikan pendidikan berkualitas, tetapi juga menjadi pusat inovasi, pemberdayaan ekonomi, dan pengembangan masyarakat. Di tengah perubahan global yang begitu cepat, institusi pendidikan seperti UIN Sunan Ampel (UINSA) harus menghadapi tantangan untuk tetap relevan dan kompetitif. Resolusi UINSA 2025 adalah langkah strategis untuk mentransformasi institusi ini menjadi salah satu universitas unggulan di tingkat nasional dan internasional.
Dalam buku Rich Dad, Poor Dad karya Robert Kiyosaki, terdapat banyak pelajaran berharga yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk pendidikan tinggi. Kiyosaki menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang aset, kewirausahaan, dan keberlanjutan dalam mencapai tujuan jangka panjang. Prinsip-prinsip ini relevan bagi universitas seperti UINSA dalam menjalankan misi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Transformasi pendidikan tinggi bukan hanya soal membangun gedung atau meningkatkan anggaran. Ini adalah perjalanan untuk membangun visi, strategi, dan keberlanjutan, serta menciptakan dampak positif bagi masyarakat luas. Dengan mengambil inspirasi dari buku tersebut, artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip seperti "jangan bekerja hanya untuk uang," "kelola risiko," dan "latih pikiran" dapat diterapkan dalam pengembangan institusi pendidikan tinggi.

Fenomena Lapangan: Transformasi dan Tantangan Pendidikan Tinggi
1. Jangan Bekerja Hanya untuk Uang
Di banyak institusi pendidikan tinggi, fokus utama sering kali terjebak pada pencarian pendanaan tanpa memperhatikan dampak jangka panjang. Dalam konteks UINSA, pendekatan ini diterjemahkan menjadi dorongan untuk menciptakan kapabilitas berbasis aset. Alih-alih hanya mengejar pendapatan, UINSA perlu membangun modal intelektual dan sosial yang dapat memberikan manfaat berkelanjutan.

Sebagai contoh, program internasionalisasi yang dilakukan UINSA tidak hanya memberikan manfaat finansial, tetapi juga meningkatkan reputasi akademik dan jejaring global. Jejaring dengan komunitas akademik luar negeri harus dipelihara kepercayaan dan kesinambungannya. Hubungan dengan masyarakat diaspora Indonesia di luar negeri dibina dengan hubungan yang saling menguntungkan. Dengan demikian, program ini menjadi aset yang menghasilkan nilai tambah jangka panjang.

2. Jangan Dikendalikan oleh Emosi
Transformasi institusi sering kali menghadapi tekanan dari berbagai pihak, baik internal maupun eksternal. Tatakelo management tidak dibangun berbasis like dan dislike, seseorang yang memiliki afiliasi luas akan sangat mendukung bisa diakomodir dan disalurkan energi yang dimiliki daripada dipinggirkan atau dibunuh karakternya. Misalnya, keinginan untuk segera masuk ke dalam peringkat universitas dunia dapat mendorong keputusan yang kurang matang. Namun, UINSA menunjukkan komitmennya untuk tetap rasional dan strategis dengan memprioritaskan program-program yang memiliki dampak signifikan, seperti penerapan teknologi digital dan penguatan kolaborasi internasional. The rigth man on the rigth Jobs.

3. Akuisisi Aset
Mengembangkan aset fisik dan non-fisik merupakan bagian integral dari strategi transformasi. UINSA telah membangun fasilitas baru seperti perpustakaan modern dan kampus Riverside, yang menjadi bagian dari Resolusi UINSA 2025. Lebih dari itu, reputasi akademik sebagai aset non-fisik juga ditingkatkan melalui akreditasi internasional dan publikasi penelitian. Berapa Masjid di Surabaya yang Khotib Jumat nya bukan terafiliasi dari UIN Sunan Ampel? selain itu tiga posisi kampus UINSA yang berada di koridor emas Kota Surabaya, seperti di Kampus A Yani yang di Pusat Kota. Kampus Gunung Anyar yang terlihat megah dari Toll bandara Juanda dan Jalan linkar Surabaya Dr. Ir Soekarno serta Greensa Inn yang berada di Juanda arah Bandara Juanda adalah lokasi lokasi strategis yang bisa digunakan misalnya untuk membangun bliboard yang nilai sewanya bisa sangat luar biasa.

4. Prinsip Kesederhanaan (KISS)
Kesederhanaan menjadi kunci dalam mengelola program transformasi yang kompleks. Sebagai contoh, penerapan sistem Single Sign-On di UINSA mempermudah akses mahasiswa dan staf terhadap layanan akademik. Pendekatan ini mencerminkan prinsip efisiensi operasional yang sederhana namun berdampak besar.

5. Pahami Perbedaan Aset dan Liabilitas
Dalam pengelolaan institusi pendidikan, tidak semua investasi memberikan hasil positif. Program-program yang tidak berdampak langsung pada kualitas akademik atau keberlanjutan sering kali menjadi beban. UINSA telah memprioritaskan inisiatif yang mendukung peringkat universitas dunia, seperti program kelas internasional dan kerja sama penelitian.

Diskursus: Prinsip-Prinsip Transformasi Pendidikan Tinggi
UIN Sunan Ampel (UINSA) dalam  berinovasi untuk menghadapi tantangan global perlu memperhatikan sembilan prinsip-prinsip strategis yang relevan dengan transformasi pendidikan tinggi berikut:

Pertama, Hindari Kebodohan Finansial: Menjaga Efisiensi dan Transparansi
Banyak institusi pendidikan tinggi menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan mereka, yang sering kali menyebabkan pengeluaran yang tidak efisien. Kebodohan finansial dapat merugikan institusi melalui pengambilan keputusan yang buruk terkait alokasi dana. UINSA telah menunjukkan komitmennya untuk menghindari hal ini melalui pengelolaan dana yang transparan dan akuntabel.

Contoh nyata dari pendekatan ini adalah proyek pembangunan Riverside Campus. Proyek ini dirancang dengan perencanaan matang yang melibatkan berbagai analisis risiko dan potensi keuntungan jangka panjang. Dengan menerapkan prinsip akuntabilitas, UINSA mampu memastikan bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan mendukung tujuan institusional, seperti meningkatkan daya saing akademik dan kenyamanan mahasiswa. Dari Kenyataan Lokasi kampus yang berada diantara wilayah Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, komunikasi aktif dengan dua pemerintahan ini perlu dilakukan. Pengelolaan daerah bantaran sungai yang menjadi wilayah kewenangan Kabupaten Sidoarjo perlu untu di dekati agar hak pengelolaannya bisa menjadi satu dengan pengelolaan Kampus UINSA di Gunung Anyar.

Kedua,  Tingkatkan Kekayaan Institusi: Mengembangkan Sumber Daya Alternatif
Kekayaan institusi tidak hanya diukur dari jumlah dana yang dimiliki, tetapi juga dari kapabilitasnya untuk bertahan dan berkembang. UINSA telah memulai berbagai program kewirausahaan akademik, seperti pelatihan bisnis berbasis riset dan inovasi.

Sebagai contoh, UINSA meluncurkan academic entrepreneurship incubator, yang memberikan ruang bagi mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan solusi inovatif, seperti aplikasi pendidikan berbasis teknologi atau produk berbasis penelitian. Hasil dari program ini tidak hanya menciptakan pendapatan tambahan bagi institusi, tetapi juga memberdayakan mahasiswa untuk menjadi pelaku ekonomi kreatif. Selain launching program dukungan riil seperti hub tempat berkumpul sebagai ingkubator perlu diinisiasi, dukungan pembiayaan yang mungkin berpartner dengan lembaga keuangan sangat memungkinan untuk dibangun, sehingga pembangunan academic entrepreneurship incubator ini tidak hanya besar diangan namun bisa nyata dilapangan.

Ketiga, Fokus pada Bisnis Sendiri: Menjaga Fokus pada Misi Utama
Dalam menjalankan program-program inovasi, universitas harus tetap memastikan bahwa setiap inisiatif mendukung misi inti pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

UINSA menempatkan penguatan akademik sebagai prioritas melalui digitalisasi kurikulum dan pengembangan kelas internasional. Contohnya adalah program Student Exchange, yang memungkinkan mahasiswa UINSA belajar di luar negeri sembari membawa nilai-nilai Islam moderat. Program ini tidak hanya memperkuat reputasi akademik UINSA, tetapi juga mendorong kolaborasi internasional yang relevan dengan kebutuhan global.

Keempat, Latih Pikiran: Mendorong Inovasi dan Kreativitas
Sebagaimana individu, institusi pendidikan juga harus memanfaatkan kekuatan intelektualnya. UINSA mempraktikkan ini melalui program academic entrepreneurship, yang memberikan pelatihan kepada mahasiswa dan dosen untuk menciptakan solusi inovatif.

Misalnya, salah satu inovasi yang dihasilkan adalah aplikasi GoQuran, yang dirancang untuk memudahkan umat Islam memahami Al-Qur'an melalui fitur interaktif. Aplikasi ini menjadi contoh bagaimana pelatihan pemikiran kritis dapat menghasilkan produk yang berdampak luas.

Kelima, Pelajari Keahlian Teknis: Menguasai Teknologi dan Pasar
Transformasi pendidikan tinggi memerlukan penguasaan keahlian teknis, seperti teknologi digital, pemahaman pasar, dan pengelolaan keuangan. UINSA telah memanfaatkan teknologi dalam layanan akademik, seperti integrasi sistem manajemen pembelajaran berbasis daring (LMS).

Contoh lain adalah implementasi Single Sign-On yang memungkinkan mahasiswa mengakses berbagai layanan akademik dengan lebih efisien. Langkah ini menunjukkan bagaimana penguasaan teknologi dapat meningkatkan pengalaman belajar sekaligus efisiensi operasional kampus.

Keenam, Temukan Peluang Tersembunyi: Menggali Potensi Kolaborasi
Sering kali, peluang terbaik muncul dari sektor yang diabaikan. UINSA telah memanfaatkan kolaborasi dengan pemerintah daerah, seperti dalam proyek pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang menghubungkan kampus dengan wilayah sekitar.

Proyek ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas, tetapi juga menciptakan hubungan yang lebih erat antara universitas dan masyarakat lokal. Selain itu, kolaborasi ini menjadi langkah strategis untuk memperluas dampak sosial UINSA.

Ketujuh, Kelola Risiko: Mengambil Keputusan dengan Bijak
Setiap inovasi membawa risiko, tetapi manajemen risiko yang baik dapat meminimalkan dampak negatif. Program kelas internasional di UINSA, misalnya, memiliki risiko seperti kurangnya partisipasi mahasiswa atau perbedaan kurikulum.

Namun, dengan strategi mitigasi seperti penyesuaian kurikulum dan promosi yang lebih luas, program ini mampu menarik minat mahasiswa internasional. Hasilnya, program ini tidak hanya meningkatkan reputasi UINSA, tetapi juga membuka peluang kolaborasi akademik global.

Kedelapan,  Pelajari Manajemen: Mengelola Arus Kas dan Sistem
Manajemen yang baik mencakup pengelolaan arus kas, sistem, dan sumber daya manusia. UINSA telah mengintegrasikan sistem manajemen digital untuk memastikan efisiensi dan akuntabilitas dalam setiap operasi.

Sebagai contoh, platform e-Management memungkinkan dosen dan staf mengelola tugas administrasi secara daring. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memastikan bahwa sumber daya manusia difokuskan pada tugas-tugas strategis.

Kesembilan, Kelola Ketakutan: Mengubah Tantangan menjadi Peluang
Ketakutan akan kegagalan sering kali menghambat inovasi. Namun, pengalaman UINSA selama pandemi menunjukkan bahwa tantangan dapat menjadi peluang untuk beradaptasi.

Misalnya, UINSA memanfaatkan pandemi untuk mempercepat adopsi pembelajaran daring. Dalam waktu singkat, universitas ini mampu mengintegrasikan teknologi baru dan meningkatkan kompetensi digital para dosen dan mahasiswa.

Kesepuluh,  Belajar dari Pengalaman: Mengevaluasi untuk Masa Depan
Evaluasi berkelanjutan adalah kunci dalam memastikan keberhasilan transformasi institusi. UINSA, yang sedang berproses menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH), terus belajar dari pengalaman untuk meningkatkan kualitas layanan dan programnya.

Sebagai contoh, program internasionalisasi yang sebelumnya hanya berfokus pada pertukaran mahasiswa kini telah diperluas mencakup penelitian kolaboratif. Langkah ini menunjukkan bagaimana evaluasi yang baik dapat menghasilkan inovasi yang lebih relevan.

Kesimpulan: Mencapai Resolusi Transformasi
Transformasi pendidikan tinggi adalah perjalanan yang kompleks tetapi penting. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Rich Dad, Poor Dad, UINSA menunjukkan bagaimana institusi pendidikan dapat menjadi katalisator perubahan. Fokus pada pengembangan aset, pengelolaan risiko, dan pembelajaran dari pengalaman menjadi landasan keberhasilan Resolusi UINSA 2025.

Melalui integrasi antara inovasi, efisiensi, dan keberlanjutan, UINSA tidak hanya mentransformasi dirinya menjadi universitas unggul, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat. Dengan strategi yang matang dan visi yang jelas, UINSA siap menghadapi tantangan masa depan dan menjadi model bagi institusi pendidikan tinggi lainnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun