Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Internasionalisasi Kampus: Tantangan dan Realitas Menuju World Class University

30 Juni 2024   00:36 Diperbarui: 8 Juli 2024   03:12 95 0

Menjadi universitas kelas dunia atau "world class university" (WCU) adalah impian yang diusung oleh banyak perguruan tinggi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Visi ini biasanya tercantum dalam misi institusi pendidikan tinggi untuk meningkatkan reputasi global, kualitas pendidikan, dan penelitian. Namun, visi ambisius ini seringkali berhadapan dengan realitas keras di lapangan, di mana dukungan finansial dan infrastruktur sering kali tidak memadai. Fenomena ini bisa diringkas dalam ungkapan sederhana: "Ngawe duite sopo" atau "Uangnya dari mana?".

Kampus-kampus yang berambisi untuk menjadi WCU umumnya memiliki visi dan misi yang menekankan peningkatan kualitas pendidikan, penelitian, dan kontribusi global. Mereka berupaya meningkatkan reputasi dengan masuk ke dalam peringkat internasional seperti QS World University Rankings. Misi ini mencakup peningkatan publikasi internasional, kolaborasi global, dan peningkatan kapasitas dosen serta mahasiswa. Namun, visi dan misi yang tertulis ini sering kali belum diikuti dengan tindakan nyata yang memadai di lapangan. Di tengah optimisme dan peluang yang ditawarkan oleh kerjasama internasional, penting untuk mempertimbangkan realitas yang ada.Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah kurangnya dukungan finansial. Saat dosen atau peneliti mengajukan permohonan untuk presentasi makalah atau menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri, mereka sering kali dihadapkan dengan pertanyaan "ngawe duite sopo?". Ini mencerminkan realitas bahwa banyak perguruan tinggi yang masih bergulat dengan keterbatasan anggaran untuk mendukung inisiatif internasionalisasi. Padahal, untuk dapat bersaing di tingkat global, dukungan finansial untuk penelitian, konferensi, dan kolaborasi internasional sangatlah krusial.

Selain dukungan finansial, pengakuan dan dukungan untuk publikasi juga menjadi masalah besar. Banyak dosen yang masih segan untuk mempublikasikan karya mereka di jurnal bereputasi internasional karena kurangnya insentif dan dukungan dari institusi. Publikasi internasional sangat penting untuk meningkatkan visibility dan reputasi perguruan tinggi di tingkat global. Namun, tanpa dukungan yang memadai, baik dalam bentuk finansial maupun moral, upaya untuk mencapai visi WCU akan sangat sulit tercapai.

Di sisi lain, peningkatan kapasitas pengajar juga menjadi faktor yang menentukan keberhasilan internasionalisasi kampus. Banyak pengajar yang masih kurang adaptif terhadap metode dan materi pengajaran yang kekinian. Hal ini menjadi beban bagi perguruan tinggi dalam upaya mengglobal. Tanpa peningkatan kualitas dan kapasitas pengajar, sulit bagi institusi untuk menawarkan pendidikan yang kompetitif di tingkat global. Pelatihan, workshop, dan program pengembangan profesional harus menjadi prioritas untuk memastikan bahwa pengajar memiliki keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan perkembangan terkini di bidangnya.


QS World University Rankings adalah salah satu indikator utama yang digunakan untuk menilai reputasi dan kualitas perguruan tinggi di seluruh dunia. Masuk ke dalam peringkat ini sering kali menjadi tujuan utama banyak institusi. Namun, untuk mencapai peringkat yang baik, perguruan tinggi harus memiliki publikasi berkualitas, kolaborasi internasional, serta infrastruktur yang mendukung. Dengan sumber daya yang terbatas, ini sering kali menjadi tantangan yang berat. Frugal innovation atau inovasi hemat sering kali menjadi strategi yang diandalkan. Meskipun demikian, tanpa modal dan perencanaan yang memadai, mimpi untuk masuk dalam peringkat QS World University Rankings yang tinggi masih akan sangat sulit terwujud.

Untuk mencapai visi menjadi WCU, perguruan tinggi harus memiliki perencanaan dan strategi yang memadai. Ini termasuk alokasi anggaran yang tepat untuk mendukung penelitian dan publikasi, peningkatan kapasitas pengajar, serta kolaborasi internasional. Tanpa perencanaan yang jelas dan dukungan yang memadai, visi ini hanya akan menjadi slogan tanpa realisasi. Memang, bekerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri yang memiliki reputasi tinggi dalam QS World University Rankings adalah ideal. Namun, pertanyaannya adalah apakah perguruan tinggi yang masuk dalam seratus besar dunia tersebut bersedia bekerja sama dengan perguruan tinggi yang peringkatnya berada di kisaran 3 ribuan atau 4 ribuan dunia, atau bahkan yang baru beralih status? Di sinilah pentingnya koneksi peer-to-peer menjadi kunci keberhasilan kerjasama. Memulai bekerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri yang bersedia bekerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia dan memantainance program dan kerjasamanya secara konsisten serta tidak sporadis, berkolaborasi dengan melakukan konsorsium menjadi pilihan rasional.

Strategi jangka panjang harus mencakup:

Investasi dalam Penelitian dan Publikasi: Memberikan dukungan finansial dan insentif bagi dosen untuk melakukan penelitian berkualitas dan mempublikasikannya di jurnal internasional bereputasi.
Peningkatan Kapasitas Pengajar: Menyelenggarakan program pelatihan dan pengembangan profesional untuk memastikan bahwa pengajar memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mengajar dengan metode dan materi terkini.
Kolaborasi Internasional: Membangun jaringan dengan perguruan tinggi dan institusi penelitian di luar negeri untuk kolaborasi dalam penelitian dan program pertukaran.
Dukungan Infrastruktur: Meningkatkan fasilitas dan infrastruktur kampus untuk mendukung kegiatan akademik dan penelitian yang berkualitas.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun