Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Tak Ada Ruang Tersisa di Matamu

13 September 2013   18:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:56 125 0
Tak Ada Ruang Tersisa di Matamu

Tak ada ruang tersisa, yang terasing dan bersembunyi,

Bahkan melati tidak mekar pada bulan-bulan dimana tak tertunggui

Oleh serangga, seperti katak yang menanti bulan turun, mata yang selalu aniaya tiap kali,

Dibuka. kau bukan batu, meski

Setiap serpih pincing mataku mengkristal, dan kemilaunya susah dicerna kecuali dalam pertautan ini.

Tak ada yang tersisa urat tubuhku, bersembunyi

Di persegi delapan dari dua garis tegak lurus, yang sempurna di kagumi

Harapan itu, masadepan itu, yang kau tanam dan tumbuh kian hari,

Daun kepercayaan yang makin lebat tak terperi,

Juga ketergantunganku, saat aku melihat kau yang semakin besar bersembunyi

Dalam rimbun doa, dan aku menjadi pesakitan untuk membayar riba kasih yang terus berbunga, kini

Mataku telah terjerumus dalam segala lakmus yang membungkusmu tanpa kecuali

Tak ada rumah yang tegak berdiri, kecuali

Aku tanam mantra ini.

Rumah yang menyimpan rambu-rambu jalanan

Rumah yang menggelar peta-peta kota

Rumah yang menanam bunga-bunga pada halamannya

Adalah rumah yang tegak dengan keindahan.

Dan sungai-sungai tiada kering, karena para nelayang selalu berangkat kelaut lepas,

Sepanjang musim.

Mengabarkan pada benua lain
yang tak pernah tersentuh nelayan laju
Ini mataku yang aku congkel
adalah kesaksianku kepadamu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun