Nampak seumpama rindu-rindu yang pecah
Kemudian tercebur pada kolam kelam kata-kata
Tak sempat kau meng-eja-nya, karena
Aku-pun akan berdiri, seperti bayanganku
Aku tak akan mohon kau temani, karena bayangan itu satu
Yang lekat pada kegelapan yang terkunci oleh matamu.
Yang sesungguhnya telah berdiri terang diabad, abadi
Biar saja rindu-rindu mengalir, apa adanya
Biarkan seluruh kecemasan, mengisi
Sungai-sungai yang mungkin belum bernama
Apa adanya
Kalau saja aku berdiri seperti pohonan bimbang yang menghalang
Jalan mana yang mesti kau lewati
Biar saja badai akan menumbangkan-nya, sendiri
Sebab aku terlahir dari akar-akar masa lalu, lalu
Berbuah seada nada gembala meniup seruling
Ah, kita akan bertemu
Dihutan tempat sesat kau tuju, sesat
Tapi, apakah kemudian kau akan sematkan nama. Namamu atau namaku
Yang jelas hanya sebuah nama
Yang tak mengandung kedalaman atau juga kedangkalan dari bayangan kita
Apakah cukum memberikan getar pada hatimu
Terserah
Kita berdiri di ruang hidup. Dalam lumpur yang tak mungkin bisa dijelaskan kata-kata