Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Denis Denis

14 Mei 2011   12:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:42 59 0

Langit kota kini berwarna merah meninggalkan warna emas yang sirna ditelan waktu. Memang tidak menarik, tapi tidak untukku yang telah kehilangan jiwa seorang adik. Rasanya langit itu menertawakan hidupku yang mengejar-ngejar jiwa yang berpindah dunia. Semakin merah semakin menyakitkan. Sungguh aku tak bermaksud berbagi pilu. Aku hanya ingin bercerita, dan ku harap sedikitnya akan melegakan hati ini yang kian hari terasa dihimpit salah dan dosa.Cerita ini tentang adikku. Adik laki-laki yang teramat ku sayang. dia seorang yang pintar dan cerdas semanagat belajarnya tinggi, bisa kurasa dari setiap langkah nafasnya ketika bersuara. Ide-idenya begitu hebat membuat aku terheran-heran akan pemikirannya. Mungkin orang lain tidak menyadari tapi tidak dengan aku sebagai kakak perempuannya. Deret-deret pikirannya tak pernah berhenti menghantarkan sinyal-sinyal kecerdasan yang luar biasa. Sungguh aku tidak bisa lupa banyak sekali yang telah dia buat yang membuat aku iri kepadanya.Mungkin inilah yang selama ini mendorongku untuk belajar. Aku ingin seperti dia walaupun aku seorang perempuan. Menciptakan sesuatu ,apapun itu yang terlintas dalam pikiran. Membuat bayangan menjadi nyata yang bisa diraba oleh indra dan hati. Tapi aku belum bisa. Selama ini aku hanya bermain dan bergelut dengan lembaran-lembaran kata yang hanya bisa kumengerti tanpa kurasai. Begitu beda aku dan dia.Sedikit cemburu aku akan dia, laki-laki yang sempurna rupa. Dia memang beda rupanya begitu menarik. Kulitnya putih, matanya sayu,berbadan tegar memberikan rasa nyaman bagi yang melihatnya. Meskipun hatinya terlalu rapuh untuk disakiti. Dia begitu terbuka, mudah berbagi cerita. Periang,pemarah, ambisius setiap apa yang diinginkan harus dipenuhi. Suatu perpaduan watak dan rupa yang menarik.sayang kini dia sungguh berbeda. Denis namanya. Tak yakin kini aku akan dia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun