Aku mulai menghampiri gubuk yang tampak sudah rapuh. Entah siapa yang ada disana. Suasana mulai kurang bersahabat. Perasaan yang asalnya tenang dan lega kini mulai tak karuan. Dengan sedikit kebaranian aku mulai mendekat. "Ah sudahlah, kenapa pertanyaan2 tentang gubuk ini malah berputar terus dipikiranku. Membuat semuanya jadi tak nyaman saja. Aku hanya ingin beristirahat, tak ada maksud lain kan. Kenapa aku harus takut ?" , setidak nya pertentangan pikiran itu membuatku sedikit lebih tenang.
Gubuk ini mungkin sudah di tinggal lama oleh pemiliknya. Bagian luar sudah begitu rapuh, dalam nya pun sebagian besar sudah dipenuh dengan sarang laba-laba. Memang sudah tidak terawat. Seperti sebuah hal yang ingin menceritakan sesuatu. Gubuk ini seolah tersenyum. Namun karena sudah merasa lelah, aku pun tertidur.
****
Angin malam mulai membangunkan jiwa yang sedang nyaman tertidur. bagian kosong mulai hadir. Aku ingat waktu seorang anak kecil bercerita sesuatu kepadaku.
Dengan wajah yang polos dia berkata, "Apa kakak tau, kalau ruang ini tak beraturan ?"
"Kenapa kau bilang ruang ini tak beraturan ?"
"Kadang ruang ini begitu luas, tapi juga bisa sangat sempit kak." Dia bercerita seolah dia melihat semuanya.
"Apa yang menyebabkan ruang ini menjadi seperti itu?"
"kakak sendiri." Wajahnya penuh keyakinan, walau tak bisa menutupi keluguannya.
"aku ? hey dik kemana kamu ? kamu masih belum menjelaskan semua nya."
Anak kecil itu dengan mengenggam permen di tangannya. Dia pergi, sambil berlari kecil dan bernyanyi dengan riang. Apa yang ingin dimaksud anak kecil itu, aku bingung. Tapi bukannya aku sedang beristirahat didalam gubuk, kenapa aku disini ? Cerita tentang anak kecil pun tiba-tiba hadir dalam pikiranku. Baru saja sejenak aku ingin memikirkan ini, namun tiba-tiba aku terkaget karena dari belakang ada yang menepuk pundakku. Aku benar-benar kaget, saat aku menoleh ke belakang, yang hadir di depanku adalah kakek tua. Dengan dibantu tongkat nya, dia berdiri dihadapanku. Yang semula aku begitu terkejut dan takut, perlahan perasaan yang ada menjadi sebuah keprihatinan. Kakek yang kini sedang berdiri dihadapanku, keadaannya begitu renta. Siapa kakek ini?
Kakek tua mulai berbicara kepadaku, dengan keadaannya yang tidak begitu baik kukira, “Hey nak, haruskah kamu memikirkan hal yang menurutmu tidak biasa?”
“Apa maksud nya, kek?”
“Kejanggalan itu adalah alami.” Raut muka nya berseri, walau badannya sudah tampak sulit untuk berdiri.
“Aku semakin bingung.”
“Suatu hal yang asing akan sangat berarti buatmu asal kau tak terlalu memikirkannya.”
“Tapi, maksud kakek apa sebenarnya? Aku tidak mengerti sama sekali.” Pikirku semakin tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh kakek tua ini.
“Seperti lautan yang terkadang memberikan bencana untuk kita.”
Saat aku sedang berusaha mengartikan apa yang sedang dibicarakan si kakek, tiba-tiba kembali ada yang menepuk pundaku. Ku torehkan kepalaku, namun saat ku tengok tak ada siapapun di belakangku. Aku bergetar, perasaan takut dicampur penasaran akan siapa tadi yang menepuk pundaku menjadi fokusku, sampai aku lupa kalau aku sedang berbicara dengan seorang kakek tua. Kutorehkan kembali ke arah kakek tua, namun kakek tua itu sudah tidak ada. Entah pergi kemana dia, kulhat sekeliling, yang tampak hanya lah bangunan yang sudah tak terawat dengan beratapkan langit. Gelap nya malam, dan dinginnya hembusan angin membuat perasaan menjadi semakin tak karuan. “Aku dimana? Tempat apa ini?” , raut kegelisahan yang tak bisa aku tutupi.
Terdiam sejenak, menenangkan hati yang sudah tidak nyaman dengan suasana yang hadir. Sedikit mulai membuka pikiran, agar ketakutan mulai pergi dan tidak kembali mendominasi. Baru sebentar, kembali aku terkaget. Terdengar tangis anak kecil dari kejauhan. “Bayi siapa itu? Malam-malam gini, dan di tempat seperti ini?” , bulu kuduk ku berdiri dengan tegaknya. Aku tak tau siapa lagi yang akan aku hadapi sekarang. Rasa penasaran, mulai membimbingku. Semakin lama, suara tangis bayi itu semakin kencang dan jelas. Perlahan aku mulai menghampiri, rasa tegang menjadi teman setia ku. Aku rasa aku semakin dekat, saat aku berbelok dibagian depan yang terhalangi balok besar. Aku lihat seorang ibu sedang menggendong anak nya, dia tampak begitu lusuh. Ibu itu hanya menunduk, sembari menggendong anak nya yang terus menangis. Aku dekati dia. Walaupun takut, namun setidaknya ibu ini bisa memberitahuku kalau tempat apa ini, pikirku.