Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Donor Darah: Sebuah Pemberian yang Abadi

23 Oktober 2014   01:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:04 1120 0
Teringat kejadian sembilan tahun lalu, dimana saya dan keluarga harus berurusan dengan darah untuk pertama kalinya. Setiap hari, kami sibuk mencari 4-5 labu darah dari PMI. Setiap 4 jam sekali sekitar lebih dari setengah  liter darah dimuntahkan dari perut ayah. Ayah menderita Hemathemesis Melena, sebuah kondisi pendarahan hebat yang terjadi pada lambung. Akibatnya, hampir setiap hari berlabu-labu darah masuk ke tubuh ayah. Saya sangat berterima kasih pada mereka yang darahnya telah memperpanjang hidup ayah saya walau hanya beberapa hari. Ya, ayah saya tidak bisa bertahan, 7 hari setelah dirawat dirumah sakit, beliau wafat. Memang tidak banyak orang yang bisa bertahan menghadapi Hemathemesis Melena. Menurut penuturan dokter dirumah sakit dimana ayah saya dirawat, hanya 1 orang dari 10 orang penderita Hemathemesis Melena yang biasanya bisa bertahan melewati masa kritisnya.

Dua tahun setelah kepergian ayah, di bangku SMA kelas 2, saya diperkenalkan dengan donor darah untuk pertama kalinya. Pihak sekolah saya mengadakan donor darah rutin setiap 3 bulan sekali. Pihak PMI selalu datang ke sekolah kami untuk mengambil darah setiap 3 bulan sekali. Saat pertama kali ditawarkan untuk mendonorkan darah, jujur saya merasa terpanggil. Ada perasaan ingin memutar kembali kebaikan yang pernah diberikan orang pada ayah saya. Walaupun saya tidak pernah tahu siapa yang telah mendonorkan darahnya untuk ayah saya waktu itu. Tapi saya bertekad, darah saya juga setidaknya harus pernah mengalir untuk menolong orang. Anggap saja balas budi, pikir hati kecil saya.

Mulai dari SMA hingga saya lulus, mendonorkan darah merupakan kegiatan rutin yang biasa dilakukan. Pernah sempat berhenti mendonorkan darah, sekitar satu tahun di bangku kuliah karena sibuk dan jadwal kedatangan PMI yang sering bentrok dengan kegiatan perkuliahan. Terbiasa mendonorkan darah kemudian tidak lagi mendonorkan darah, rasanya ada yang berbeda pada tubuh, entah saya juga tidak begitu paham. Hanya saya merasa lebih tidak fresh dari saya yang sebelumnya sering mendonorkan darah.

Darah adalah satu-satunya komponen tubuh kita yang bisa kita berikan untuk menolong orang dan tidak menyakiti diri kita sendiri. Artinya mendonorkan darah sama sekali tidak merugikan. Seseorang diijinkan mendonorkan darahnya pada usia 17-60 tahun. Kita hanya bisa mendonorkan darah 43 tahun saja. Dalam setahun PMI hanya menganjurkan kita untuk mendonorkan darah sebanyak 4 kali, karena siklus perombakan sel darah merah berlangsung sekitar 2,5-3 bulan sekali. Itu artinya selama 43 tahun tersebut, kita mungkin hanya bisa mendonorkan darah sebanyak 172 kali.

Bagi kaum pria, tidak banyak penghalang untuk mendonorkan darah. Pada wanita, selama masa kehamilan, menyusui dan menstruasi, kegiatan mendonorkan darah adalah hal yang tidak mungkin dilakukan. Artinya dalam hidup seorang wanita, mungkin hanya sedikit sekali kesempatan untuk bisa berbagi kehidupan dengan mendonorkan darah. Oleh karena itu, selagi masih diberi kesempatan dan kemudahan untuk melakukan kebaikan kenapa tidak?

Sangat disayangkan tidak semua orang yang mampu, mau untuk mendonorkan darahnya. Dan, tidak semua orang yang mau mendonorkan darah, bisa mendonorkan darahnya. Kegiatan mendonorkan darah terikat dengan persyaratan yang banyak demi melindungi keselamatan dan kesehatan pihak pendonor maupun pihak penerima. Adapun persyaratan baku pendonor adalah berat badan (BB) ≥ 45 kg, kadar hemoglobin  (Hb) ≥ 12,5 g/dL, tekanan darah 100-180/50-100 mmHg, denyut nadi 50-100/menit, tidak menderita penyakit yang menular lewat darah, seperti malaria, hepatitis, sifilis, HIV&AIDS, serta  bukan pecandu alkohol dan narkoba.

Donor darah yang dilakukan sesuai prosedur, sangat banyak manfaatnya, terutama bagi pendonor. Selain pahala yang mengalir karena ikut membantu menyelamatkan nyawa orang, seorang pendonor juga kesehatannya secara tidak langsung dicek secara gratis di laboratorium. Darah yang kita berikan untuk orang tentunya harus melalui serangkaian uji lab terlebih dahulu sebelum akhirnya dinyatakan aman untuk dipakai. Orang yang darahnya setelah dicek bermasalah, tidak diperbolehkan lagi mendonorkan darahnya.

Sejujurnya, saat SMA tidak sedikit anak-anak SMA yang giat mendonorkan darahnya karena tertarik pada balas jasa yang diberikan PMI pada pendonor. Biasanya kami diberikan sekotak susu, puding, bubur kacang, dan aneka snack ringan gratis. Hehe biasa, hobinya pelajar dan mahasiswa, dimanapun ada gratisan dikejar.

Tidak hanya itu, mendonorkan darah secara rutin katanya bisa awet muda loh. Orang yang sering mendonorkan darah juga bisa jadi lebih sehat, karena banyaknya darah yang sudah keluar, akan mendorong tubuh kita untuk membuat sel-sel darah baru yang lebih sehat tentunya. Pemerintah juga menghadiahkan piagam penghargaan bagi mereka yang secara rutin mendonorkan darahnya. Orang yang sudah mendonorkan darahnya 100 kali akan mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden dan Gubernur. Wah, bukankah itu sesuatu yang istimewa?

Berapa sebenarnya volume darah yang kita donorkan? biasanya darah yang didonorkan 350 cc. Volume darah normal pada wanita dewasa sekitar 4,5 liter, sedangkan pada pria dewasa 5,6 liter. Kalau kita mendonorkan darah secara rutin sejak usia 17 tahun sampai 60 tahun misalnya, maka volume darah yang pernah kita donorkan sekitar 60200 cc atau 60,2 liter. Woww, itu jumlah darah 11 orang pria dewasa. Bisa dibayangkan dengan jumlah darah sebanyak itu, sudah berapa orang yang bisa kita bantu? dengan darah itu, berapa orang anak yang kita tolong agar tidak jadi yatim? Betapa mendonorkan darah itu hal yang mulia sekali. Mari mendonorkan darah! Karena mendonorkan darah adalah sebuah pemberian yang akan abadi kebaikannya.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun