Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Kapan Lagi?

4 Agustus 2014   23:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:25 43 0
Seperti kebanyakan orang berlebaran yang ditinggal mudik pembantu, saya juga kena getahnya.

Setelah seminggu di rumah dengan setumpuk cucian dan gosokan menggunung, akhirnya tetap dicuci dan digosok juga.

mau dikerjakan kapan lagi?

Puncaknya adalah ketika ada kerabat terkena musibah dan akhirnya saya harus ditinggal sendirian di rumah mengurusi tumpukan pekerjaan rumah yang tak pernah saya lakukan sehari-hari biasa.

kerjakan sajalah, mau kapan lagi?

Sejam dua jam, menikmati televisi dengan tontonan hiburan yang khas lebaran atau box office lama-lama bikin saya bosan juga. Semua kue lebaran di ruang tamu juga sudah saya makan, tepatnya hampir dihabiskan sendirian...hehe

Tibalah menoleh pada tumpukan gosokan yang sudah dicuci ayah saya kemarin, dan tinggal menunggu saya untuk menggosoknya. saya kerjaan juga, akhirnya. Kapan Lagi?

Lelah juga, mending di kantor, duduk manis ngetik di leptop, kadang browsing youtube, atau baca kompasiana.

Saatnya meletakkan baju-baju yang telah saya setrika, dengan hangat, bukan dengan rapi. Yang penting selesai dilipat dan menjadi susut lalu masuk lemari masing-masing. Lemari saya, anak-anak saya, adik saya dan lemari orang tua saya di kamar orang tua saya.

Sudah lama saya tak berkunjung ke kamar ini, saya mulai mengamati sekelilingnya setelah meletakkan baju-baju di lemari.

Di atas ranjang tidur saya lihat berantakan bantal dan guling serta selimut. baju training ddan sweater ayah saya berserakan, begitu pula sarung yang biasa dipakai untuk sholat atau kemulan.

Padahal saya lelah sekali saat itu, tapi entah kenapa saya tergerak untuk merapikan seluruh isi kamar orang tua saya saat itu.

Kapan lagi?

YA, kapan lagi saya bisa merapikan kamar kedua orang tua saya yang merawat saya dari kecil hingga mereka punya cucu.

Kapan lagi saya melipat baju mereka, merapikan bantal guling, melipat selimut dan membersihkan tempat sampah dekat ranjang yang berisi bekas botol obat.

Kapan lagi kalo tidak sekarang, saya akhirnya melihat hasil rontgen ginjal ayah saya yang ternyata sudah berkali-kali bolak-balik sendirian ke RSCM.

Sambil merapikan, tanpa terasa saya menitikkan air mata, mungkin karena lelah ya, atau mungkin karena saya baru tersadar bahwa sampai detik ini tak banyak yang telah saya lakukan untuk kedua orang tua saya. Dan Tuhan memberikan saya kesempatan untuk merapikan kamar tidur mereka saat itu, sebagai tanda bahwa saya minimal pernah berbuat sesuatu untuk mereka.

Karena kalau tidak sekarang, kapan lagi? apakah menunggu mereka tiada?

Benar saja. Sepulang dari berpergian, ayah saya bertatnya pada saya ketika 5 menit masuk kamar lalu keluar lagi. "Na, Mama Dwi (pembantu saya) sudah pulang ya?". Saya pun tersenyum, lalu bertanya: belum, kenapa? kamarnya rapi ya? . Ayah saya bilang: iya, kirain mama Dwi yang beresin...

Duh....

Jangan-jangan kelak di akhirat ketika Tuhan bertanya kepada orang tua saya, "Siapa orang paling berbakti dalam hidup Anda?". Orang tua saya menjawab " Mama Dwi, pembantu kami"

dan bukan saya, anaknya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun