Membuatku menggigil dalam kenangan
Pahit untuk dikenang namun terus membayang
Kala itu engkau berpisah di dermaga tua berpamitan untuk mengejar asa
Sejak itu kabarmu tak lagiku terima, aku hanya merindu dan terus melangitkan doa
Secepat itukah engkau pergi, meninggalkan manis senyum yang masih ku kenang rapi Tawa dan suara renyahmu masih terngiang dan harum rambutmu pun masih bisa ku hirup dalam-dalam
Kini setiap Imlek tiba, lampionku tak menyala, ia gulita seumpama sesak dada didera nestapa rasa, menggantung terkatung-katung diterjang desir rindu
Kini aku hanya berteman sepi, menziarahi bayangmu hari demi hari di ujung sebuah dermaga tua
Sajak-sajak kehilangan ini pun aku tulis di bawah temaram lampion usang, sambil mengenangmu berulang-ulang
Aku terus bertanya, sampai kapan lelah rindu ini akan dibasuh temu
Padahal, kemeja merah itu masih ku simpan rapi, menantimu kembali mengukir janji suatu hari nanti