Selasa, 27 September 2016 pukul 14:45 WITA Gunung Barujari yang merupakan anak dari Gunungapi Rinjani meletus dengan ketinggiian kolom abu letusan mencapai sekitar 2000 meter di atas puncak Gunung Rinjani atau sekitar 6000 meter di atas permukaan laut dan bertiup ke arah barat daya. Gunung Barujari secara geografis puncaknya memiliki ketinggian 3726 meter di atas permukaan laut dan terletak pada koordinat 116,47 BT dan 8, 42 Lintang Selatan.
Dalam sejarah aktivitasnya, Gunungapi Rinjani telah meletus 20 kali dengan indeks eksplosivitas (Volcanic Explosivitu Index/VEI) berkisar 1-7 (dari skala maksimum 8). Letusan terbesarnya terjadi pada tahun 1257 dengan VEI 7 dan letusan terakhirnya terjadi pada hari senin, 1 Agustus 2016 pukul 11.50 WITA dengan VEI 2, dan letusan Gunung Barujari pada hari selasa 27 September kali ini diperkirakan berada pada VEI 2.
Letusan yang terjadi kali ini diawali dengan adanya peningkatan kegempaan Vulkanik, kegempaan teremor masih terus terekam yang mengindikasikan bahwa sistem vulkanik Gunungapi Rinjani masih belum stabil sehingga badan Geologi meningkatkan status Gunungapi Rinjani dari level I (Normal) ke level II (Waspada) pada pukul 15:00 WITA 27 September. Status Waspada ini berpotensi akan daerah terancam bahaya dimana letusan Gunungapi Rinjani diperluas menjadi 3 km dari pusat aktivitas Gunung Barujari.
Badan Geologi telah menyampaikan peningkatan status ini kepada Pemerintah Daerah/BPBD dan masyarakat lainnya. Peringatan dini ditujukan juga ke pada intansi terkait untuk keselamatan penerbangan mengenai bahaya abu vulkanik. Namun menurut badan Geologi di kampung Sembalun Lawang lewat seismografnya telah mencatat eakplituda seismik gempa letusan sebesar 52 mm dengan gempa dalam waktu 100 detik, tidak berpengaruh besar ke daerah lainnya baik itu di kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.
Kekuatan Gempa dan abu vulkanik tidak merambah ke daerah seperti Kecamatan Selong dan kecamatan lainnya sehingga aktivitas masyarakat berjalan seperti biasa, hanya saja masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di dalam kaldera Gunungapi Rinjani. Namun, jika terjadi hujan Abu vulkanik, masyarakat dihimbau untuk diam di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk memakai masker atau penutup hidung agar tidak terjadi inpeksi saluran napas (ISPA).
Referensi:
Press Release Erupsi Baru Jari.