Orang-orang percaya omongan Ijah, mereka menelan bulat-bulat dan terhasut oleh Ijah. Apalagi setelah ada anak baru bernama Didiy, yang akhirnya bersahabat dengan Dodoy dan Daday.
Mulut si Ijah semakin tajam, Didiy yang tidak tau menau dijauhi teman sekelasnya. Mereka berpikir Dodoy dan Daday tidak mau bersahabat dengan Ijah karena Didiy.
Mereka bertiga tidak perdulikan omongan si Ijah, yang selalu bilang ia yang menjauhi Dodoy dan Daday karena Dodoy bukan anak yang baik, pilih kasih dan tidak mau membagi roti padanya. Dan roti Dodoy ga enak, Ijah ga doyan, bikin sakit perut dan banyak tentetan kebohongan lainnya.
Dodoy, Daday dan Didiy semakin lama semakin kompak, hati Ijah semakin panas emosinya semakin tidak terkontrol, setiap hari tak bosan-bosan ia membuat kebohongan sampai teman-teman yang dulu simpati merasa bosan mendengarnya.
Lambat laun teman-teman Ijah melihat Dodoy, Daday dan Didiy tidak seperti yang Ijah ceritakan, karena mereka bertiga baik pada setiap orang, mereka tak pernah membicarakan Ijah. Mereka sering berbagi makanan dan bermain bersama.
Sekarang Ijah sering berdiri sendirian di pojokkan, tak ada teman yang mau bermain dengannya, teman-temannya bosan dengan hasutan Ijah yang pintar membolak balikkan fakta.