Saat mentari beranjak diperaduan, sebuah undangan ku terima, tak seperti biasanya bukan untuk menikmati secangkir kopi yang biasa aku racik, tapi engkau mengajak menikmati secangkir teh panas tanpa gula. Daun teh yang engkau tanam dan engkau petik sendiri, pucuk-pucuk daun segar sebagai pilihan, karena ingin memberikan hasil yang terbaik padaku, aku ingat tiga belas kali engkau mencoba menakarnya agar terasa pas di lidah. Aku merasakan ada semangat dan harapan di secangkir teh yang kita hirup bersama itu.
KEMBALI KE ARTIKEL