Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cerpen (IL) | Badai Pasti Berlalu

28 Maret 2020   11:11 Diperbarui: 28 Maret 2020   18:37 510 48
"Sabar sayang" itu yang sering engkau ucapkan ketika aku menangis dipangkuanmu. Ketika semua telunjuk mengarah padaku, aku bertahan karena keberadaanmu.

Tuhan mengirim engkau ketika aku berada di titik kerinduan pada Tuhanku. Ketika tak ada makhluk yang aku percaya. Engkau datang ketika airmata jatuh ke bumi, Tuhan mendengar jeritan  makhluk yang teraniaya.

Ketika bumi tertidur pulas dan rembulan bersembunyi dibalik awan. Hembusan anginpun tak terdengar, hening teramat hening. Engkau datang, tersenyum ramah kuatkan batin yang rapuh.

"Tuhan mendengar jeritanmu sayang,  bersabarlah, badai pasti berlalu".

Tersentak diri ini di atas lembaran usang yang terasa lembab oleh air mata.

"Apa mungkin Tuhan mendengar jeritanku? Ketika lembaranku penuh noda? Seperti daun kering yang terbang ditiup angin lalu jatuh ke bumi?? Apa mungkin Tuhan mendengar doaku?" batinku berontak, aku terisak teringat dosa yang kulakukan selama hidupku.

"Percayalah Tuhan kita maha mendengar dan maha pengampun, jangan pernah  engkau ragukan itu, mungkin engkau pernah mendengar cerita waktu  jaman nabi, ketika Tuhan mengampuni dosa seorang pelacur yang memberi minum seekor anjing? Apa engkau pernah membaca atau mendengar cerita itu?"

Aku terdiam, ketika Dia berpesan melalui  engkau berkata seperti itu, aku menghinakan diri sendiri dan engkau tidak suka itu, engkau selalu berbisik, "Jika engkau menghinakan diri sendiri, itu sama dengan menghinakan ciptaan Tuhan yang menciptakanmu dengan sempurna."

Aku malu, ketika mendengar engkau berkata seperti itu, tak kusangka aku akan mendengar kata--kata mutiara itu keluar dari mulut orang sepertimu.

Secara kasat mata engkau terlihat jauh dari Tuhanmu. Semakin lama aku mengenalmu, semakin sadar aku bahwa engkau adalah mutiara yang tersembunyi dan tidak semua orang di izinkan oleh Tuhan untuk melihatmu yang sesungguhnya. Di mataku engkau laksana mutiara yang terbungkus kotoran hingga walaupun engkau tergeletak di pinggir jalan orang--orang begitu enggan tuk melihatmu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun