Dulu ya jaman dulu ia memasang dua kaki untuk berjaga-jaga, burung dalam genggaman masih berharap burung di angkasa, terlihat kokoh dan indah. Mata terpana melihat angkasa, berharap burung hinggap di tangan kanan.
Ia lalai, burung di tangan tak digubris, sibuk bercengkrama dengan burung diangkasa, tak disadari perlahan burung di tangan terlepas.
Burung di tangan terbang perlahan hinggap di jendela, melihat bidadari tengah berdoa, air mata jatuh kepangkuan enggan terbang kembali, menghibur bidadari sunyi.
Setelah burung di angkasa lenyap, ia tersadar burung di tangan lenyap pula, meraung dalam sesal mengetuk pintu hati, tak terbuka. Menyapa manja tak tergubris. Membuka baju malu tak dilihat. Putus asa dalam penyesalan, punah semua harap. Benang impian terlepas. Terasa hampa.
ADSN, 190619