Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Bentang Bumi Selatan

8 April 2020   18:30 Diperbarui: 8 April 2020   18:30 50 6
Pada bumi selatan, Ar, jelma aurora lebih megah dari sandikala pukul lima. Elok berlenggang di bumantara. Membuat penyair mati seribu kata. Sedang padamu, aku temukan sedikit binarnya: kerlip genit yang membuatku tak ingin pamit.

Kau lukis megahnya di bentang dadaku. Tak ada madah sendu, tak ada urai syahdu. Hanya gurat pancarona mengelok serupa rindu. Membuat malam benderang. Menuntunku merapal fasih sebuah tunggu.

Ar, kutub waktu menjuntai aksara. Tapi tak ada yang mengalahkan risau, habis ia menikam atma. Sebait malam telah usai, kala jemari selesai menungkupkan secuplik doa. Ialah engkau, tempat pulang seluruh rasa. Tabah kumaknai detik meski pelik. Rindu ini telah sampai pada puncak. Aku tak berkutik.

Di bawah bentang bumi selatan, Ar. Dinginnya menusuk tulang. Menanti raba pada raga. Hangatkan aku dengan seluruh canda pun tawa. Pada paras wajahmu, niskala duka semasa purba. Tunggu aku, Ar. Kelak, kupetik indah setangkai saga. Yang belum jua purna. Kokoh didera selaksa nelangsa.

Tunggu aku, Ar...

- Jakarta, 06 April 2020 -

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun