Kau tinggallah maya. Menari indah dihadapku yang bungkam selaksa bahasa. Gigil bibir ini mengucap kata. Seloka tak tentram, sejak kau tinggal sebatas nama.
Renjana, usai sudah semua cerita. Di persimpangan kau berhenti tanpa koma. Tak ada narasi indah tentang sebuah pisah. Tak ada pesta pora untuk bungah nan lelah. Lelungit kian menjadi. Tapi bedanya, kini aku sendiri.
Bejana kini penuh jelaga.
Kita, Renjana, menjelma lengkara dalam aksioma.