Anda mengenal nama Pawirosetomo? Jika belum, tidak ada salahnya kita mengenal nama itu sekarang. Tanpa keberanian seorang Pawirosetomo, mungkin negara Indonesia tidak akan berhasil melalui masa kritis di awal kemerdekaannya. Peralatan siaran radio AURI yang digunakan untuk menyiarkan tentang Serangan Umum 1 Maret 1949, disembunyikan di dapur rumah petani Pawirosetomo. Siaran radio dari dapur itulah yang ditangkap All India Radio, dan kemudian diteruskan ke seluruh dunia, hingga akhirnya PBB tahu negara Indonesia masih ada.
Ayah teman saya, saat itu seorang pemuda desa, anggota Tentara Pelajar, dipercaya Pak Nasution untuk menjadi ajudannya saat masa revolusi dulu. Beliau memandu Pak Nas berpindah2 tempat menginap setiap malam, untuk menghindari sergapan Belanda. Beberapa usaha sergapan Belanda gagal, tidak saja berkat panduan ayah teman saya itu, tapi juga kekompakan warga desa setempat untuk menutupi keberadaan Pak Nas. Dari desa itu, Pak Nas dapat ikut mengoordinasi serangan2 terhadap Belanda.
Saya yakin ada banyak orang seperti Pariwosetomo dan ayah teman saya pada masa itu. Dalam masa revolusi dulu, negeri ini ditimang, dilindungi, dan diselamatkan oleh rakyat kecil, yang nama2nyapun kita tidak pernah tahu dan dengar. Rakyat kecil, yang sudah cukup bahagia tahu bahwa negerinya menjadi merdeka, yang terbersit untuk mendapat sederet bintang jasa dalam mimpipun tidak.
Sekarang, saat kata merdeka saja sering harus dicerna ulang untuk dapat kita serap artinya, apakah yang mereka lakukan dulu itu menjadi pudar maknanya?
Mungkin sekarang, kitalah rakyat kecil itu. Tugas menimang, melindungi, dan menyelamatkan negeri ini jatuh ke tangan kita. Tidak peduli apakah kita seorang petani, seperti Pawirosetomo, atau seorang pelajar, seperti ayah teman saya itu, tugas kita tetap sama.
Mari berangkat menyelesaikan tugas.