Pendidikan seharusnya menjadi wahana bagi transformasi intelektual dan karakter, bukan sekadar arena kompetisi berbasis angka yang menafikan realitas kompleks perkembangan individu. Ujian Nasional (UN), sejak awal kemunculannya, telah menjadi simbol sentralisasi pendidikan yang rigid, sebuah dogma yang dipaksakan dalam sistem yang seharusnya adaptif dan progresif. Dengan perkembangan teknologi yang kian melesat, terutama di ranah kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mendalam (Deep Learning), absurditas UN sebagai alat ukur pendidikan semakin terang benderang. Apakah sistem pendidikan Indonesia akan terus terjebak dalam mitos standar tunggal, ataukah kita siap mendobrak paradigma usang menuju asesmen yang lebih cerdas, holistik, dan relevan?
KEMBALI KE ARTIKEL