Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Perkawinan Adat Jawa di Minnesota

14 April 2013   13:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:12 1195 2

Hari ini, Sabtu (4/13) jam satu siang masyarakat Indonesia di Minnesota melangsungkan pesta pernikahan penuh berkah dan kidmat di gedung megah Minnesota History Center (MHC) yang terletak di kota Saint Paul. Acara ini adalah bagian dari puluhan atraksi dari anggota masayarakat yang berasal dari Asia Pasifik.

Oleh Minnesota Historical Society, hari Sabtu tanggal 13 April dijuluki sebagai “Asian Pacific Heritage Day” (Hari Warisan Budaya dari Asia Pasifik) dengan tema “A Thousand Journeys, One Home” (Ribuan Pengembaraan, Satu Rumah). Pusat Sejarah Minnesota ini memang menjadi wadah dari  Minnesota Historical Society yang bertujuan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menemukan kembali asal usul mereka.

Tema ini menggambarkan sejarah kehadiran masyarakat yang tinggal di daerah ini. Mereka dari dari berbagai penjuru dunia dan memilih untuk tinggal di sini. Tema ini juga memunculkan sebersit harapan agar masyarakat bisa saling kenal dan mampu menghargai perbedaan. Hal ini mengingatkan saya pada ungkapan “tak kenal maka tak sayang”.

Pada pertengahan abad 19, mayoritas (90%) masyarakat Minnesota adalah warga kulit putih dari Jerman, Norwegia, dan beberapa negara Eropa barat lainnya. Perlahan-lahan jumlah masyarakat kulit berwarna mulai bertambah dan membuat masyarakat Minnesota menjadi semakin majemuk. Dalam masyarakat yang pluralis seperti ini, penting sekali untuk diciptakan sarana dan kesempatan untuk saling mengerti dan menghargai. Inilah yang menjadi cita-cita Minnesota Historical Society. Kita menjadi anggota aktip dari masyarakat setempat dengan tetap menghargai nilai-nilai budaya sendiri. Menurut sensus tahun 2010, masyarakat Minnesota dari Asia hanya 5%  dari jumlah penduduk Minnesota keseluruhan, 5,303,925 jiwa.

Masayarakat Indonesia memilih untuk menampilkan upacara perkawinan adat Jawa dengan harapan pengunjung menjadi lebih tahu tentang budaya dan nilai masyarakat Jawa dan Indonesia pada umumnya. Selain memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat Asia lainnya, kegiatan ini juga mengakrabkan kami yang dari Indonesia.

Alunan gendhing Jawa dipakai untuk menciptakan suasana Jawa. Tetapi pada acara ini ditampilkan juga tari Pendet yang terkenal sebagai tarian penyambut tamu. Pengantin wanita diperankan oleh Yurika Treftlin sedangkan sebagai pengantin laki-laki adalah Sudirno Van Dyke yang saat ini juga menjabat sebagai presiden dari Minnesota Indonesia Society.

Anak saya Ingrid (13 tahun) sebetulnya diminta untuk menjadi pengantin wanita dan dia bersedia. Tetapi ada seorang ibu yang berkeberatan dengan alasan nanti Ingrid akan susah cari jodoh. Akhirnya kedua pengantin diperankan oleh orang yang sudah menikah dan Ingrid menjadi pengiring pengantin wanita bersama temannya, Maria. Saya sendiri berperan sebagai ayah dari pengantin laki-laki.

“Wah rasanya seperti manjadi manten beneran,” komentar Sudirno yang asli dari Salatiga ini. Ketika melangkah melewati para tamu, diiringin oleh musik gemelan, Sudirno merasa seakan upacara pernikahan betulan.

Di salah satu pojok ruang beberapa ibu menjadi relawati menjaga pameran barang hasil seni dan kerajinan dari Indonesia. Beberapa pengunjung sempat mampir untuk melihat dari dekat hasil seni kita. Di meja sebelah ada seorang wanita, Nuntana Erickson dari Thailand yang mempertontonkan keahliannya dalam mengukir buah-buahan dengan judul “Thai Fruit Carving.”

Hari ini Minnesota History Center (MHC) memang penuh dengan aneka sajian acara dari masyarakat keturunan Asia. Gedungnya pun dihias dengan barang-barang dari Asia. Dalam selebarannya MHC mengatakan:

“MHC mendapat kehormatan untuk menyambut para seniman dan seniwati dari masyarakat Cina, India Timur, Hawaii, Hmong, Indonesia, Jepang, Karen (Myanmar), Korea, Thailand, dan Vietnam dalam rangka merayakan tradisi yang mempertemukan kita satu sama lain.”

Di kesempatan lain MHC akan merancang program untuk memberi kesempatan bagi anggota masyarakat lain untuk memperkenalkan budaya dan tata nilai mereka. Masyarakat Indonesia akan selalu mencari kesempatan lain untuk berperan aktip sebagai bagian dari masyarakat setempat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun