Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Karena Menulis Itu adalah tentang Rasa

7 Agustus 2011   08:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:01 91 0

Ide tulisan ini sebenarnya muncul ketika sedang mengobrol dengan teman kantorku yang juga merupakan senior sewaktu kuliah dulu. Obrolan terjadi di dalam mobil ketika kami sedang melakukan pengawasan dan pembagian dokumen ke semua petugas lapangan sekabupaten untuk sebuah survei yang institusi kami sedang lakukan. Seniorku yang satu ini mungkin bukan seorang yang keranjingan dengan tulis menulis, tapi paling tidak dia pernah menulis beberapa artikel singkat yang di muat dalam suatu tabloid lokal milik Pemerintah Kabupaten. Dan menurutnya tulisan singkat dan sederhana tersebutlah sebagai salah satu yang memberikan andil bagi dia sehingga bisa membuatnya mendapatkan beasiswa Stuned ke Belanda tahun ini. Dan memang aku pernah membaca tulisannya tersebut.

Sebagai orang yang berada pada suatu institusi yang sama, menurutku apa yang di tuliskannya bukanlah suatu hal yang luar biasa, karena topik yang diangkat dalam tulisan tersebut tidak jauh-jauh dengan rutinitas dalam pekerjaan kami sehari-hari. Apalagi sudah banyak juga orang yang mengangkat topik tulisan tersebut baik itu di media cetak maupun elektronik. Mulai dari penulis amatiran sampai yang pakar sekalipun sudah pernah ada yang membahasnya.

Lalu kenapa dia (kakak senior:red) tetap beranidan tertarik untuk mengangkat tema yang sudah sangat familiar tersebut ke dalam tulisannya? Inilah jawabannya. Menurutnya menulis itu adalah tentang rasa. Maksudnya adalah, untuk sebuah tema, baik yang sedang hangat di bicarakan maupun yang sudah basi, tentunya sudah banyak sekali orang yang membahasnya dalam tulisan-tulisan mereka. Tidak pernah sepi, selalu saja jadi bahan pembicaraan bahkan kontroversi. Namun yang membuat tulisan-tulisan itu berbeda satu dengan yang lainnya adalah sudut pandang, gaya penulisan atau cara penyampaian informasi dan maksud dari tulisan-tulisan tersebut, meskipun topik yang di angkat adalah sama. Di sinilah rasa dari tulisan itu dapat di kecap berbeda. Siapa yang merasakan perbedaan “rasa” ini?? Tentu saja para pembaca yang membaca tulisan-tulisan tersebut.

Beda penulis beda gaya, Beda pembaca beda tingkat pemahamannya. Mungkin bisa saja bagi seorang pembaca, gaya bahasa penulis A terlalu berat dan perlu di cerna lebih dalam untuk dapat memahami maksud dari si penulis sehingga belum apa-apa pembaca sudah merasa bosan. Namun tidak demikian gaya bahasa penulis B, bagi pembaca tulisan si B lebih gampang untuk di mengerti, sehingga lebih nyaman untuk terus mengikuti apa yang di sampaikan oleh penulis.

Karena itu tetaplah menulis, karena sejatinya apa yang di tuliskan oleh seseorang meskipun dengan topik bahasan yang sama pasti akan bersifat unik selama ide itu memang keluar dari kepala penulis itu sendiri, tidak copy-paste dari tulisan orang lain. Namun jangan lupa untuk terus berinovasi dan terus menambah wawasan sehingga apa yang akan di tulis nanti menjadi lebih "berisi" dan bermanfaat lebih luas.

Kemudian hal ini membuat saya berpikir, ada benarnya juga apa yang di katakan oleh temanku ini. Dan ini benar-benar membuat saya termotivasi untuk lebih rajin menulis, meskipun topik yang akan di bahas nanti sudah basi dan banyak yang membahasnya. Mungkin bisa di mulai dengan bahasa-bahasa sederhana seperti tulisan ini dan terus menerus belajar agar bisa membuat suatu tulisan yang berbobot namun enak di baca. Siapa tau tulisanku di baca oleh pembaca yang cocok dengan gaya tulisanku dan bisa memberikan manfaat baginya, dan semoga bisa jadi investasi akhirat kelak. Amiiinnn.. :D

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun