Gejolak pertambangan pasir di Selok Awar-Awar sudah berlangsung selama dua tahun ini. Sebelumnya tak banyak yang mengungkapnya, sampai akhirnya terjadi pertumpahan darah. Berawal dari upaya pembuatan kawasan wisata oleh kepala desa Selok Awar-Awar --Hariyono-- di Pantai Watu Pecak. Ia mempertemukan semua warga, kemudian menyampaikan bahwa Watu Pecak akan diratakan untuk daerah wisata. Usulan tersebut ditolak beberapa petani. Mereka menganggap bahwa itu hanya trik untuk mengelabui warga. Kepala desa ingkar janji, penambangan pasir yang katanya hanya untuk meratakan gundukan pasir membentuk lubang besar dan terjadi sampai sekarang. Di sepanjang pantai Watu Pecak terdapat puluhan hektar sawah milik warga. Akibat dari penambangan tersebut sangat merugikan mereka. Lahan pertanian terkena air laut dan rusak, kondisinya semakin terkikis oleh area tambang pasir.