Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Guru dan Motivasi

29 Juli 2014   14:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:56 166 14
Pekan pertama memasuki tahun ajaran 2014-2015. 14-18 Juli 2014 berlalu seperti cepatnya angin. Syukurlah hari ini week end dan tidak ada event di sekolah. Saya melaksanakan tugas mengajar di pekan ini seperti halnya pekan efektif belajar, kecuali perkenalan di hari pertama.

Saya mengajar 6 kelas sekarang, sekaligus wali kelas 5. Nama kelas di sekolah kami adalah nama nama ilmuwan. Tahun lalu, kelas saya John Dalton. Ilmuwan kimia. Tahun ini, nama kelas saya Phytagoras, ilmuwan matematika.  Sebagian anak saya dari kelas saya yang sebelumnya, di John Dalton. Sebagian lagi dari kelas Alfred Nobel (sama sama ahli kimia kan).

Saya masih bertemu dengan murid-murid saya di kelas 5, karena suka atau tak suka saya diberi tugas mengajar Bahasa Inggris lagi. Sempat panik, menolak dan diskusi alot dengan kepala sekolah, tidak mau mengajar bahasa Inggris, toh akhirnya saya memutuskan mengalah. Setelah diberi beberapa masukan dari sahabat yang juga seorang psikolog, Yosiana, diberkati dalam doa oleh sahabat yang juga ibu angkat, Vonny Sulistya dan dapat siraman rohani di gereja dari rohaniawan yang saya hormati, Andreas Nawawi.

Selain kelas 5, saya juga mengajar di kelas 4 dan 6. Karena setiap level 2 paralel, maka, jadilah 6 kelas seluruhnya. Kelas 5 di kelas sendiri saya mengampu pelajaran Bahasa Inggris dan Tematik, di kelas tetangga, mengampu bahasa Inggris saja.

Di kelas 6 saya bertanggung jawab untuk pelajaran Reading Story Telling, 2 jam pelajaran, tiap kelas.

Di kelas 4, saya mengampu 3 pelajaran, masing-masing 2 jam pelajaran. Reading and Story Telling, Conversation dan English Composition. Bingung sama pelajarannya? Sama. Saya juga.

Hanya pelajaran English dan Tematik di kelas 5 yang saya perlu membuat ulangan. Pelajaran lain yang saya tulis diatas, penilaiannya bersifat proses dan sikap belajar.

Jadi, saya nekad saja memotivasi anak berbahasa Inggris dengan saya, mau benar atau salah grammarnya, belajar bareng.

Maksud dari belajar bareng adalah, saya ngga tahu grammar yang bener kayak apa, modal saya hanya buku saja. Kalau salah saya juga ngga malu membiarkan anak membetulkan. Karena kadang saking semangatnya bicara kadang saya lupa grammarnya salah.

Dengan belajar bersama, saya berharap anak-anak saya jadi bersemangat. Gurunya saja mau belajar, masa mereka yang lebih muda tidak?

Mengajar Reading and Story Telling juga akan membantu saya mengucapkan dengan benar kata-kata dalam bahasa Inggris, karena ada audio yang saya bisa perdengarkan pada murid dan saya tirukan. Mengajar juga belajar, bukan hanya perlu buat anak-anak. Gurupun perlu belajar.

Saya menantang diri saya sendiri belajar, walaupun menekan batin yang merasa tidak layak karena tidak pernah belajar grammar sebelumnya. Kepala sekolah menolak alasan saya ini. Oke, saya akan mengajar, tapi jangan salahkan kalau tidak maksimal. Itu akhirnya jadi kunci pernyataan saya. Jadi, akhirnya saya mengampu 24 jam pelajaran berbahasa Inggris dan 7 jam pelajaran berbahasa Indonesia (Tematik).

Sisi menguntungkan yang disebut oleh kepala sekolah saya tentu tak dapat dipungkiri. Mereka adalah anak didik saya di kelas 4. Berkurang 5 anak karena pindah sekolah. Seperti orang tualah saya buat anak-anak ini. Karena sudah terbiasa di kelas 4. Saya sangat sayang dengan semuanya. Tak dibedakan termasuk yang menulis surat harapan dia agar saya tetap mengajar di kelas 5. Sesuai harapannya, tak sesuai harapan saya.

Motivasi saya adalah anak-anak ini dapat saya inspirasi untuk bersemangat belajar, dan terus belajar. Salah adalah bagian dari belajar, dan perbaikilah. Mantra tersebut saya ulang di setiap kelas. Saya ingin anak-anak saya ini tidak takut berbuat salah, namun mereka mau melihat manfaat kesalahan sebagai pengingat kebenaran.

Memotivasi anak untuk belajar bukan karena harus, tetapi karena mau. Bukan karena nilai tapi karena senang. Seperti saya, belajar untuk menyenangi tugas mengajar saya saat ini, Bahasa Inggris. Wall FB saya jadi saksi, lidah keriting, rambut rontok, dan bibir sariawan, belajar menyukai bahasa Inggris, menembus limitation diri sendiri. I can because I want, I can because I try, I can because I need. Starting new academic year with positive attitudes.

(Tulisan ini ditulis, 19 Juli 2014. Baru posting hari ini. Telat banget)

Salam edukasi,

Maria Margaretha

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun