Di tengah kabut, GEORGE MEDSKI menulis: "Aku memang melihat Allah di suatu tempat di angkasa raya, tetapi sangat jauh dan Dia memalingkan wajahnya dari kita. Dia tidak lagi berpartisipasi dalam sepak terjangnya hidup kita." Benarkah apa yang dikatakan MEDSKI di atas? Bila kita menelusuri hari-hari hidup kita masing-masing selama tahun yang silam dapatkah kita bertanya: Apakah Allah dekat dengan kita? Di awal tahun ini kita juga bertanya: Bagaimana dengan perjalanan hidup pribadi kita selama ini? FRANKLIN mengatakan: "Garis kehidupan itu macam-macam, sebagaimana jalan dan batas-batas gunung." Justru jika bertolak dari titik akhir, kita dapat memandangnya lebih penuh untuk lebih tuntas mengerti, bahwa hari hidup, pekan-pekan kesibukan. Bulan-bulan kegiatan, menjadi kesibukan tahunan. Langkah-langkah kecil menjadi perjalanan hidup, penggalan-penggalan peristiwa menjadi sejarah hidup! Saat-saat yang dinikmati menjadi horison pengalaman yang tak terhapuskan; Adegan-adegan perjumpaan dengan siapa dan apa saja menjadi lingkup hidup. Dari perspektif akhir ini, hidup kita menjadi satu tahun! Apakah sisi gelap itu tidak bermakna? WILSON MANNER menegaskan: "Cahaya itu indah, justru karena memiliki bayangan." Demikian pula hidup manusia: Hidup manusia akan lebih matang, lebih bergairah, bermakna, lebih intensif justru karena pernah menerobos bayangan-bayangan gelap dalam hidup. Atau seperti kata para penyair kehidupan: "Bahwa bukan hanya kebahagiaan yang memperkuat sebuah cita-cita, penderitaan pun memperkuatnya. Bahwa bukan hanya kedamaian yang menyirami sebuah cita-cita, bencana pun menyiraminya. Kebahagiaan itu menjadi indah justru karena pernah menerobos jalan-jalan penderitaan. Kesuksesan berakarkan rasa syukur mendalam justru karena pernah dibanting kegagalan.
KEMBALI KE ARTIKEL