Aku jejakkan kaki di Tanak Awu, memulai langkah untuk melupakanmu. Mungkin aku memang terlalu banyak berdiam, dan dalam diam selalu ada dirimu, wanita yang seharusnya tak kupikirkan lagi. Teringat olehku, kau sendiri yang berkata mungkin aku butuh lebih banyak bergerak ketika kuutarakan tentang benakku yang mulai tumpul karena hidup yang kurasa mulai membosankan. Mungkin kau tidak tahu, sebagiannya adalah karena ketiadaanmu untuk menemaniku. Kau memang masih disitu, tertinggal di Jakarta, namun bukan untuk menemaniku.
KEMBALI KE ARTIKEL